REPUBLIKA.CO.ID, WASHIINGTON -- Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal mengatakan, penggunaan jasa lobbyist atau pelobi di AS pada dasarnya merupakan hal lumrah. Namun umumnya lobbyist menurut Dino, tak akan digunakan untuk pertemuan antardua pemerintahan.
Dino mengatakan, selama menjabat sebagai duta besar sepengetahuannya lobbyist atau pelobi di AS memang banyak dilibatkan oleh berbagai pihak.
Mulai dari pengusaha, tokoh-tokoh, hingga pemerintah kerap menggunakan jasa mereka. Wajar, sebab Washington sendiri menurutnya terkenal sebagai 'ibukota' para lobbyist.
"Di Amerika sebenarnya hal lumrah menggunakan jasa lobbyist, itu merupakan industri besar, puluhan ribu lobbyist ada di sana," kata Dino saat dihubungi Republika.co.id melalui sambungan telepon, Selasa (10/11).
Namun Dino mengatakan, biasanya lobbyist tak digunakan untuk pertemuan antara dua pemerintahan. Sebab pemerintah Amerika menurutnya, tak mau ada keterlibatan lobbyist dalam pembicaraan antar-pemerintahan.
"Nggak mungkin ditangani lobbyist, pemerintah AS juga pasti nggak mau. Jadi saya rasa kalau pertemuan Jokowi dan Obama sendiri murni pertemuan bilateral," ujarnya.
Dino menegaskan, kini yang perlu dicari tahu adalah keterangan dari pelaku lobi. Perlu pula diselidiki atas nama atau siapa yang menandatangani kertas perjanjian terkait hal ini. Langkah ini diperlukan untuk mencari tahu kebenaran atas isu-isu yang mengemuka ini.
Sebab menurutnya, jika merujuk pada keterangan Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemenlu) mereka membantah penggunaan jasa pelobi. "Harus dicari keterangan dari yang menandatanganinya, atas nama siapa dia berbicara," katanya.