Rabu 28 Oct 2015 17:07 WIB

Kapal Angkut 25 Ton Limbah Nuklir Menuju Indonesia, Ini Antisipasi Bakamla

Sistem pemantauan kapal milik Bakamla.
Foto: Republika
Sistem pemantauan kapal milik Bakamla.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Keamanan Laut (Bakamla) sedang memantau pergerakan kapal asing yang dipredikasi akan melewati Selat Malaka. Kantor Pengelolaan Informasi Marabahaya Laut (KPIML) yang bersinergitas dengan dua stasiun bumi Bakamla berupaya mengawasi apabila terdapat kapal mencurigakan yang terindikasi akan melakukan pelanggaran di laut Nusantara.

Plt Karo Humas Bakamla Laksma Maritim Widodo Eko Prihastopo menyatakan, salah satu konsentrasi KPIML saat ini adalah kapal MV Island Trader yang membawa limbah nuklir dari Prancis menuju Australia. Menurut dia, pada 24 Agustus lalu, kapal BBC Shanghai yang berganti nama menjadi kapal MV Island Trader bertolak dari Singapura menuju Cherbourg, Prancis.

"Saat KPIML mendeteksi kapal ini pada 16 Oktober lalu, MV Island Trader sudah berangkat dari Cherbourg dengan posisi di Samudra Atlantik, antara Portugal dan Maroko," katanya di Jakarta, Rabu (28/10). Dia memperkirakan, kapal tersebut sampai di Australia pada 27 November 2015.

Menurut dia, kapal itu patut diwaspadai lantaran membawa 25 ton limbah nuklir reaktor Areva di Beaumont-Hague, yang merupakan residu pengiriman bahan nuklir Australia pada 1999-2000 untuk kepentingan ekonomi negeri Kanguru itu.

"MV Island Trader merupakan kapal yang tidak memenuhi syarat dan tidak layak untuk membawa limbah nuklir disertai dengan tidak adanya pengawasan serius terhadap muatan yang dibawa," kata Widodo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement