Ahad 25 Oct 2015 22:50 WIB

Warga Sumatra Heran Pemerintah Malah Evakuasi Korban Asap

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ilham
Pengendara motor melintas menembus kabut asap di kawasan Rimbo Panjang, Tambang, Kampar, Riau, Selasa (1/9).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pengendara motor melintas menembus kabut asap di kawasan Rimbo Panjang, Tambang, Kampar, Riau, Selasa (1/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM- Kabut asap di wilayah Sumatra akibat kebakaran hutan dan lahan semakin pekat. Bahkan, dampaknya, setiap berbicara di ruang terbuka tenggorokan akan langsung sakit.

Warga Pekanbaru, Pamela Yunita Sari mengaku kabut asap diwilayahnya semakin pekat. Bahkan, jika dirinya berbicara di ruang terbuka akan langsung merasakan sakit tenggorokan. Dirinya mengaku sedih dengan kondisi yang terjadi.

"Asap pekat banget. Sedih rasanya. Kalo di udara terbuka, kalo lagi ngomong itu tenggorokan langsung jadi sakit," ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (25/10).

Menurut dia, sebagian masyarakat Sumatra mengaku merasa seperti anak tiri oleh pemerintah. Dia juga heran dengan intruksi pemerintah untuk mengevakuasi para korban kabut asap. Sebab, seharusnya yang dilakukan adalah memikirkan cara menghilangkan kabut asap.

"Aneh malah mikir melakukan evakuasi. Bukan mikirin gimana caranya menghilangkan asap. Tapi kami tidak butuh itu evakuasi. Berasa anak tiri," ungkapnya.

Menurutnya, masyarakat yang bukan tinggal di daerah asap tidak akan memahami hidup masyarakat yang menghirup asap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement