Senin 12 Oct 2015 12:37 WIB

Cucu Salim Kancil Trauma

Rep: Andi Nuroni/c14/c15/ Red: Maman Sudiaman
Salim Kancil
Foto:
Dukungan untuk almarhum Salim Kancil.

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Kepala Divisi Sosial Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Erlinda, mengakui, kejadian nahas yang menimpa Salim Kancil terjadi di depan anak-anak almarhum sendiri. Tidak sedikit pula anak-anak lainnya yang ikut menyaksikan.

Terkait penanganan trauma, KPAI telah berkoordinasi dengan Pemkab Lumajang dan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Tindakan utamanya ialah melakukan pendampingan sekaligus rehabilitasi.

Menurut Erlinda, pendampingan bertujuan agar anak-anak pulih dari kesedihannya. Tindakan lain yang tak kalah penting adalah menghindarkan rasa dendam. "Terutama saat anak korban berkomunikasi dengan anak tersangka," katanya, kemarin.

Mereka perlu mendapat terapi perilaku sehingga dikondisikan tak menaruh sikap dendam sedikit pun. Sebaliknya, jelas Erlinda, yang muncul adalah pemahaman bahwa kejadian nahas ini merupakan duka bersama.

KPAI juga berkoordinasi dengan guru-guru tempat mereka belajar. Erlinda mengungkapkan, anak-anak Salim Kancil dan anak korban penganiayaan lainnya, Tosan, serta anak pelaku hingga kini dibolehkan tidak masuk sekolah.

Kegiatan belajar mereka baru akan dimulai ketika hasil assessment dari petugas trauma healing sudah ada. "Kalau tanpa hasil itu, kita tidak bisa, karena kan mereka juga punya trauma yang berbeda-beda," kata Erlinda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement