Senin 12 Oct 2015 12:37 WIB

Cucu Salim Kancil Trauma

Rep: Andi Nuroni/c14/c15/ Red: Maman Sudiaman
Salim Kancil
Foto:
Mahasiswa Unas gelar aksi kepedulian untuk Salim Kancil di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Rabu (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID,LUMAJANG -- Selain Helmi, ada bocah lain seusianya, bernama Gilang, yang melihat Salim Kancil dipukul cangkul. Kebetulan, saat kejadian itu Gilang sedang bersama Helmi.

Gilang, kata Ike, juga bersekolah di TK yang sama dengan Helmi. Hal yang mengejutkan, Gilang pun menggambar adegan yang sama. "Padahal mereka duduknya berjauhan," ujar Ike.

Selain Helmi dan Gilang, anak Salim Kancil, Dio (13), juga harus berjuang melawan trauma. Sejak Senin (5/10), Dio yang duduk di kelas V SD mulai bersekolah lagi. Namun, di sekolah, perasaannya rawan terusik karena kehadiran Iva (12), anak Kepala Desa Hariyono yang kini ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan ayahnya. Iva siswi kelas VI di sekolah yang sama.

"Aku sih enggak apa-apa. Enggak boleh dendam," ujar Dio, didampingi kakaknya, Ike. Menurut Ike, Dio pernah mendapat konseling dari psikolog Polda Jawa Timur. Dio menyebut, salah satu yang dipesankan psikolog adalah sikap tidak boleh dendam.

Sesi konseling itu, menurut Ike, hanya dilakukan satu kali. Ike berharap, lebih baik kalau anak-anak terus mendapat perhatian dan bimbingan berkala dari psikolog. Penyembuhan trauma anak-anak butuh waktu serta kerja sama semua pihak. Namun, menurut cerita Dio, beberapa kali dia dipanggil ke kantor. Di sana, guru-gurunya bergiliran satu per satu meminta Dio menceritakan drama penyiksaan terhadap ayahnya, seperti yang pernah ia saksikan saat hari kejadian.

Ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, menilai trauma yang dialami Dio pasti terjadi pada setiap orang yang melihat langsung penyiksaan. "Apalagi yang ia lihat merupakan sosok terdekat dalam hidupnya," katanya, Ahad (11/10).

Menurut Reza, trauma Dio tak akan pernah hilang. Peristiwa kematian Salim Kancil bakal selalu melekat pada benaknya. Namun, pemulihan bisa dicoba melalui sejumlah cara. Solusi terkini, menurut dia, jauhkan Dio dari hal yang membuatnya kian takut dan teringat peristiwa itu.

Meski polisi berkewajiban menyelesaikan penyelidikan, Reza mengingatkan, dengan melibatkan Dio dalam reka ulang atau mengorek keterangan darinya, bisa menambah trauma. Karena itu, ia meminta aparat penegak hukum berlaku hati-hati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement