REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat korban asap di Sumatra dan Kalimantan menuntut pemerintah mendistribusikan masker jenis N95 karena masker tipis biasa dinilai tak mempan untuk melawan asap. Namun, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek justru mengatakan masker N95 tak baik untuk pernapasan.
"Dari perhimpunan dokter ahli paru mengatakan (masker dari pemerintah) itu sudah yang terbaik. Kalau masker N95 itu susah untuk bernafas," ujarnya di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (7/10).
Dia menjelaskan, masker N95 memiliki pori-pori yang sangat kecil. Sementara, partikel polutan dari asap ukurannya lebih besar. Jika partikel itu menempel di masker, maka akan menutup pori-pori udara sehingga pemakainya akan sulit bernapas.
Sementara, masker standar yang diberikan pemerintah tetap mampu menahan partikel polutan. Namun, karena pori-pori masker lebih besar, penggunanya dapat lebih mudah bernapas. Dengan demikian, Nila menyimpulkan penggunaan masker dari pemerintah sudah tepat.
Kendati begitu, Menteri Nila tetap mempersilakan apabila warga merasa lebih nyaman menggunakan masker N95.
"Kalau mau pakai N95 silakan, tapi hati-hati," ucapnya.
Kementerian Kesehatan, lanjut Nila, juga telah mengirim bantuan berupa obat, masker dan oksigen dengan total 27 ton. Di dalamnya juga termasuk masker N95 seperti yang diminta warga.