REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedillah Badrun menilai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kemungkinan mengalami perubahan pandangan politik pascamunas keempat partai tersebut yang memutuskan perombakan total jajaran pengurus sebelumnya.
"Secara politik mungkin ada perbedaan pandangan politik dalam tubuh PKS. Bukan tidak mungkin ada intervensi luar untuk mengubah sikap PKS dengan tidak menempatkan lagi Anis Matta dan loyalisnya dalam kepengurusan strategis," jelasnya, Kamis (17/9).
Ia memandang pola perubahan pandangan politik yang sedang dijalani pimpinan baru PKS mirip dengan yang terjadi dalam tubuh Partai Amanat Nasional (PAN), hanya saja dikemas lebih halus. Jika perubahan pandangan politik PKS benar terjadi, kata Ubedillah, hal itu bisa memicu konflik internal.
Sebelumnya, melalui Munas keempat PKS, Presiden PKS Sohibul Iman melakukan perombakan besar dalam jajaran pengurus PKS. Partai itu juga meninggalkan slogan "cinta, kerja dan harmoni" yang digaungkan presiden sebelumnya Anis Matta menjadi berslogan "bersih, peduli, dan profesional".
Pascaberalihnya kepemimpinan Anis Matta kepada Sohibul Iman, bergulir isu pembersihan loyalis Anis Matta, salah satunya terkait nama Fahri Hamzah yang ditempatkan sebagai anggota Majelis Pertimbangan Pusat DPP PKS. Namun Sohibul menepis adanya munculnya faksi-faksi dalam partainya.