REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Massa pendukung pasangan wali kota dan calon wali kota Surabaya Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana menggelar demonstrasi di depan kantor KPU Surabaya di Jalan Adiyawarman, Rabu (3/9).
Pantauan Republika di lapangan, gelombang massa yang menamakan diri "Gerkana Rakyat Surabaya Menggugat" tersebut mulai berdatangan sejak pukul 10.30. Sejak kedatangan pengunjuk rasa, polisi menutup satu ruas Jalan Adityawarman. Kendaraan yang hendak menuju Jalan Mayjen Sungkono dialihkan ke jalur lain.
Ratusan polisi disiagakan untuk mengamankan aksi tersebut. Selain memasang kawat berduri, polisi juga menyiagakan dua unit mobil meriam air, satu mobil lapis baja, serta tiga anjing penghadang masaa jenis Rottweiler.
Beberapa perwakilan massa secara bergiliran menyampaikan orasi mereka di atas mobil komando. Ribuan massa turut meneriakan tuntutan dan yel-yel aksi. Massa menuntut pilkada Surabaya tetap dilaksanakan pada 9 Desember 2015.
Massa menuding, selama ini KPU Surabaya telah bermain mata dalam menerbitkan keputusan, sehingga pasangan penantang Risma-Whisnu gugur dalam pencalonan. Akibatnya, Pilkada Surabaya terancam ditunda hingga 2017.
Massa juga membentangkan spanduk dan poster-poster berisi tuntutan. Di antaranya berbunyi "Pilkada Surabaya tetap 9 Desember 2015", "Pilkada 2015 harga mati" dan "Surabaya Butuh Wali Kota". Massa mendesak, jikapun Risma-Whisnu tidak mendapatkan penantang, pasangan tersebut harus dilantik kembali, tanpa perlu pemilihan.
Belasan perwakilan massa kemudian diterima para komisioner KPU Surabaya di kantor mereka. Tak puas menyampaikan aspirasi di dalam ruangan, perwakilan massa mendesak Ketua KPU Surabaya Robiyan Arifin berbicara di depan para demonstran di luar.
Demi keamanan Ketua KPU, polisi hanya mengizinkan dia berbicara dari atas mobil pelantang suara milik polisi di halaman kantor KPU. Mobil tersebut ditempatkan di balik pagar dan kawat berduri yang membatasi massa. Sayang, massa tetap memaksa Ketua KPU tampil di atas mobil komando mereka.
Tensi sempat meningkat ketika beberapa buah tomat dilemparkan ke depan kantor KPU. Dengan pertimbangan keamanan, Ketua KPU langsung dievakuasi kembali ke dalam gedung dan tidak jadi berbicara.
Aksi di depan gedung KPU terus berlanjut. Massa meneriakan berbagai tuntutan, serta kembali melemparkan buah-buah tomat ke arah gedung KPU.