Kamis 03 Sep 2015 04:12 WIB

Humanika: Pencopotan Buwas Mungkin Bentuk Amarah JK

Rep: c20/ Red: Hazliansyah
Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso memberikan pernyataan kepada awak media di Gedung Bareskrim, Jakarta, Rabu (2/9).   (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal Budi Waseso memberikan pernyataan kepada awak media di Gedung Bareskrim, Jakarta, Rabu (2/9). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID,

JAKARTA -- Kabar Komjen Budi Waseso (Buwas) dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Bareskrim Polri masih simpang siur. Himpunan Masyarakat untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika) menilai pencopotan Buwas menduga isu pencopotan Buwas tak lepas dari sosok Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Sekjen Humanika Sya'roni mengatakan tak lama setelah kantor RJ Lino digeledah tim Bareskrim, JK langsung menunjukkan sikap "perlawanan" terhadap Buwas.

"Ribut-ribut pelabuhan, JK marah. Waktu polisi geledah Kemendag komentar JK, ikuti proses hukum. Tapi giliran polisi geledah ruangan Lino, JK marah-marah. ‎Inilah mungkin buntut dicopotnya Buwas," kata Sya'roni di Jakarta, Kamis (3/9).

Selain itu, Sya'roni juga mengaitkan kabar pencopotan Buwas dengan 'pembelaan' sejumlah menteri‎. Usai penggeledahan, Menteri Bappenas Sofyan Djalil yang dikenal sebagai 'orangnya' JK menyebut RJ Lino merupakan pejabat yang berprestasi‎.

‎Menteri BUMN Rini Soemarno bahkan menelepon Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. Sofyan Djalil sendiri mengakui RJ Lino diangkat oleh dirinya pada tahun 2008 lalu. ‎

"Kenapa mereka merasa terusik. Jadi, wajar kalau ada kesan di publik pelabuhan menjadi pendaringan mereka," ujar Sya'roni.

Sya'roni menambahkan, pencopotan Buwas bisa menjadi bentuk presiden buruk bagi penegakan hukum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement