Kamis 30 Jul 2015 05:18 WIB

Di Depan Calon Perwira TNI dan Polri, Jokowi: Kita Harus Tegas!

Presiden Joko Widodo berjalan menuju ruangan rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (25/6).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Presiden Joko Widodo berjalan menuju ruangan rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Presiden Joko Widodo saat memberikan pembekalan kepada 793 calon perwira remaja atau capaja TNI dan Polri mengingatkan agar mereka berani tegas menghadapi ancaman terhadap kepentingan nasional.

"Kita harus bersikap tegas tanpa kompromi menghadapi para mafia yang merugikan kepentingan nasional kita, mulai dari mafia migas, mafia impor sampai mafia illegal fishing," ujar Presiden di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (29/7).

Menurut Presiden, Indonesia akan kuat menghadapi ancaman dan tantangan kalau kita bersatu. Menjauhi rasa saling curiga mencurigai dan menghindari penerapan jiwa korsa yang sempit.

"Saya tidak ingin lagi mendengar adanya bentrokan antarangkatan atau pun antara TNI-Polri. Bangun soliditas TNI-Polri. Adik-adik calon perwira harus menjadi contoh perekat bangsa. Jangan justru malah melanggengkan praktik-praktik yang tidak baik dalam organisasi. Tradisi yang tidak tepat harus sudah ditinggalkan," ujar Presiden.

Sebagai bangsa yang besar, tantangan tugas dan ancaman yang dihadapi bangsa ini juga besar, di antaranya harus mampu melindungi kedaulatan teritorial yang membentang dari Sabang-Merauke, dari Pulau We sampai Pulau Rote, harus bisa menjaga laut dari tindakan penangkapan ikan secara ilegal.

"Kita harus menjaga seluruh kekayaan alam yang terkandung dalam bumi pertiwi dari tindakan illegang mining. Jaga hutan kita dari illegal logging," tambah Presiden.

Selain itu, TNI dan Polri juga harus melindungi dan memberi rasa aman pada segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, dari tindakan perdagangan manusia maupun tindak kejahatan yang semakin canggih seperti cyber crime.

Presiden juga menggarisbawahi tantangan Indonesia sebagai masyarakat majemuk, di mana perbedaan seringkali dijadikan alasan untuk memunculkan konflik horizontal atau tidakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama, ras ataupun golongan.

Persoalan lain adalah bahaya narkoba yang mengancam generasi muda kita dimana jumlah pengguna narkoba di Indonesia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

Angka kematian akibat penyalahgunaan narkoba juga mengkhawatirkan yang diperkirakan mencapai 104 ribu orang (berumur di bawah 15 tahun) dan 263 ribu orang (berumur antara 15 s/d 64 tahun).

Belum lagi tantangan kemiskinan, keterbelakangan dan ketimpangan. Masih banyak warga yang belum menikmati listrik.

"Di kawasan perbatasan, pulau-pulau terluar, rakyat juga belum mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang memadai," tambah Presiden.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement