Kamis 18 Jun 2015 00:33 WIB

Kisah Perjuangan Polwan Berjilbab dan Wanita TNI Berjilbab

Mantan sekretaris pribadi Presiden Soeharto, Brigjen Anton Tabah.
Foto: Korps Wanita Angkatan Darat Kodam Iskandar Muda.
Korps Wanita Angkatan Darat Kodam Iskandar Muda.

Selesai bertugas, saya buat laporan khusus tentang polwan berjilbab tersebut ke Kapolri dan tembusan ke Komandan Satker-Satker. Tak kuduga, laporan saya dibaca banyak polwan.

Suatu hari, ada 10 polwan perwakilan dari berbagai satker menghadap ke ruang kerja saya. Hal yang saya ingat dipimpin oleh Kombes Utami dari Logistik Polri dan AKBP Wati dari Lemdiklat Polri. Mereka mengutarakan maksudnya ingin berjilbab.

Saya terharu dan menasihati agar berjuang bersama galang internal Polri, galang ulama, dan tokoh-tokoh nasional untuk mendukung. Kebetulan saya dekat dengan ulama maupun tokoh-tokoh nasional. Mulai saya komunikasikan mak sud keinginan polwan berjilbab.

Silent operation, bentuk opini terlebih dahulu karena saya tahu peta di eselon pimpinan Polri dan kalangan jenderal yang menolak pasti banyak dengan berbagai argumen.

Jenderal yang mendukung saya, dengan jelas cuma tiga, yaitu Jenderal Anton Bahrul Alam, Jenderal Badrodin Haiti, dan Jenderal Suhardi Alius. Itu pun mereka diam-diam, belum berani terang-terangan.

Yang terang-terangan perjuangkan jilbab polwan hanya saya sendirian dengan berbagai konsekuensi. Setiap perkembangan opini publik saya laporkan ke Kapolri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement