REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ratusan warga terdampak semburan lumpur Lapindo menggelar peringatan 9 tahun tragedi lumpur Lapindo, Jumat (29/5). Warga mengarak ogoh-ogoh atau bonoka raksasa Aburizal Bakrie sejauh 1 kilometer dari kawasan Pasar Porong Lama menuju area lumpur.
Boneka raksasa setinggi 4 meter yang dibuat warga menampilkan sosok Aburizal Bakrie atau Ical mengenakan kemeja kuning. Sebagai bentuk sindiran, boneka yang terbuat dari bahan bekas material baliho itu tangannya dilipat ke depan dalam posisi dirantai. Warga juga mencipratkan cat merah di sejumlah bagian tubuh boneka sebagai simbol darah.
Tak hanya mengarak ogoh-ogoh Ical, warga juga menenteng poster berisi berbagai kalimat protes dan tuntutan. Salah satu poster bernada satir berbunyi "Kampungku Dulu tak Begini". Poster diberi ilustrasi berupa gambar rumah-rumah tergenang lumpur. Selain itu, warga sebagian warga juga membunyikan tetabuhan yang membuat arak-arakan semakin semarak.
Selain mengarak ogoh-ogoh, warga juga membuat replika perkampungan di salah satu sudut wilayah terdampak yang lumpurnya telah mengeras. Beberapa anjungan dari tiang bambu dan atap ilalang didirikan. Sementara itu, sejumlah ibu menjajakan kue-kue tradisional untuk pengunjung.
Replika perkampungan itu disebut warga sebagai seremoni "Festival Kembali ke Kampung". Aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Rere Christiono menyampaikan, momentum 9 tahun tragedi lumpur Lapindo diperingati warga sebagai upaya mengingatkan Aburizal Bakrie dan pemerintah bahwa tanggung jawab mereka atas warga belum tuntas.
"Tanggung jawab mereka bukan hanya soal tanah dan bangunan. Lebih dari itu, ada hak-hak sosial, kebudayaan, kesehatan, yang harus dipenuhi," ujar Rere.