Selasa 12 May 2015 14:58 WIB

Sosiolog Sebut Modal Mucikari Bukanlah Uang

Rep: C93/ Red: Ilham
Tersangka kasus prostitusi kelas atas dengan inisial RA di Mapolres Jaksel, Sabtu (9/5).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Tersangka kasus prostitusi kelas atas dengan inisial RA di Mapolres Jaksel, Sabtu (9/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dan Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Arie Putra mengungkapkan, peran mucikari dalam praktek prostitusi hanyalah sebagai broker (pedagang perantara). Kelebihan yang mereka miliki juga hanya lah informasi.

 

“Broker kan enggak perlu uang banyak. Yang penting punya informasi banyak, punya kenalan banyak sudah cukup dan bisa menjadi mucikari,” kata dia kepada Republika, Selasa (12/05).

 

Informasi yang dimiliki mucikari biasanya hanya seputar pelanggan serta jaringan yang dimilikinya. Dia mencontohkan mucikari RA, yang kemarin tertangkap polisi, tidak akan mempunyai informasi banyak mengenai jaringan prostitusi lainnya.

 

“Untuk jaringan lain pasti kan punya nilai sendiri, punya logika sendiri, punya cara main sendiri,” tambah dia.

 

Pada Sabtu (9/5) dini hari, petugas Polres Jaksel menangkap tangan RA dan seorang perempuan berinisial AA di sebuah hotel bintang lima. RA dikenal sebagai mucikari dari prostitusi kelas kakap melalui media online.

 

RA mematok harga minimal Rp 80-200 juta terhadap satu perempuan penghibur. Harga itu untuk pelayanan singkat dengan durasi tiga jam. Selain mematok harga yang fantastis, RA dan para perempuannya hanya menerima pelayanan di hotel berbintang.

 

Saat ini pihak Polres Jakarta Selatan masih menyelidiki kasus prostitusi ini. Polres masih mengembangkan kasus untuk mengungkap jaringan yang lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement