REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai pembajakan hak kekayaan intelektual saat ini sangat mudah dan marak akibat canggihnya tehnologi di masa kini. Aparat keamanan pun harus bertindak mencegah terjadinya pembajakan.
"Jadi memang harus dicari ni pemerintah mencari siapa ini. Kan bukan yang jual itu bukan," kata JK usai meresmikan pembukaan seminar tentang Proteksi & Monetisasi Hak Kekayaan Intelektual untuk lndustri Film di Indonesia di hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu (6/5).
Untuk mencegah pembajakan, kementerian yang berwenang saat ini perlu mengimplementasikan serta menegakkan hukum dan aturan yang ada. Selain itu, pemerintah juga perlu menyelidiki pelaku utama pembajakan hak kekayaan intelektual.
"Saat ini juga harus mencegah siapa yang punya, harus ada juga secara penelitian dan intelijen, siapa yang selalu membandari yang gini-ginian (pembajakan). Pasti ada bandarnya kan," kata JK.
Dalam sambutannya, saat ini banyak sekali hak kekayaan intelektual yang justru tak dijaga sehingga terjadi berbagai pembajakan hak cipta. Namun, pembajakan itu pun juga menandakan bagusnya mutu produk hak cipta.
"Coba film tidak mutu, tidak perlu dijaga, nggak ada yang mau curi. Nah, gimana caranya yang bermutu tidak dicuri. Film tidak bermutu lepas saja. Film kita makin dicuri artinya makin bermutu," kata JK.
Menurutnya, film bukan hanya merupakan tontonan, namun juga merupakan tuntutan. Untuk mendapatkan tontonan yang baik pun dibutuhkan biaya yang besar serta kreativitas.