Ahad 03 May 2015 23:52 WIB

Jurnalis Masih Kerap Hadapi Ancaman Kekerasan

Anggota Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) mengikuti aksi Hari Kebebasan Pers Sedunia di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (3/5). (Republika/Wihdan)
Anggota Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) mengikuti aksi Hari Kebebasan Pers Sedunia di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (3/5). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- Belasan jurnalis di Lampung merayakan Hari Kebebasan Pers Dunia (World Press Freedom Day) pada 3 Mei 2015 dengan aksi simpatik. Mereka membagikan stiker untuk mengkampanyekan kondisi jurnalis dan media massa yang lebih baik.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung Yoso Muliawan, saat aksi simpatik di jalan protokol sekitar Tugu Adipura Bandarlampung, Ahad (3/5), mengaku mengisi Hari Kebebasan Pers Dunia dengan kampanye bersama para jurnalis untuk mendorong kondisi pers yang lebih independen, profesional dan maju yang disampaikan melalui pesan-pesan moral dalam bentuk stiker. Belasan jurnalis anggota AJI Bandarlampung maupun jurnalis lainnya membawa pula beragam pamflet/poster tentang realitas kondisi media massa dan para wartawan saat ini, termasuk yang dialami media dan para wartawan di Lampung.

"Kami menyiapkan ratusan stiker untuk dibagikan kepada warga masyarakat yang berlalu-lalang di jalan protokol Bandarlampung hari ini," ujar Yoso pula.

Dia menegaskan, saat ini kendati kemerdekaan pers telah mendapatkan jaminan secara konstitusi dan hukum positif, namun dalam praktik para jurnalis dan pekerja media massa masih menghadapi ancaman. Baik dari pihak luar maupun secara internal. "Ancaman kekerasan terhadap pers dan para jurnalis masih saja terjadi, termasuk dialami para jurnalis di Lampung," ujarnya.

Begitupula ancaman berupa tekanan internal, baik dari pemilik media maupun pihak lain yang berupaya mempengaruhi dan mengintervensi media massa karena memiliki kepentingan di dalamnya. Yoso mengajak para jurnalis di Lampung untuk terus meningkatkan kapasitas profesional dan memperjuangkan hak-hak yang masih diabaikan oleh pemilik media maupun pihak lain.

Dalam aksi simpatik Hari Kebebasan Pers Dunia ini, belasan jurnalis di Bandarlampung itu, membagikan stiker yang sudah dipersiapkan kepada para pengguna sepeda motor maupun mobil saat berhenti ketika lampu merah menyala.

Beberapa jurnalis itu juga membentangkan poster/pamflet yang dibawanya agar dapat dibaca dan diketahui masyarakat umum yang berlalu-lalang di jalan sekitar Tugu Adipura Bandarlampung tersebut. Aksi berakhir setelah semua poster terbagi.

Tak ada pengamanan petugas kepolisian dalam aksi simpatik itu, hanya beberapa personel kepolisian yang berada di sekitar jalan itu menyaksikan dari kejauhan di tempat mereka bertugas. Aksi memperingati Hari Kebebasan Pers Dunia juga digelar di sejumlah daerah lain, dimotori oleh para pengurus AJI setempat.

Di Jakarta, AJI Jakarta mengingatkan Hari Kebebasan Pers Dunia merupakan momentum bagi jurnalis, perusahaan media, pemerintah, aparat penegak hukum dan masyarakat untuk merefleksikan kembali praktik kebebasan pers dan independensi media di Indonesia, sebagai prasyarat sebuah negara yang demokratis.

Dalam momentum ini, AJI Jakarta kembali menyoroti ancaman terhadap kebebasan pers, terutama pemidanaan dan kekerasan yang menimpa jurnalis dan media di Jakarta dan sekitarnya selama setahun terakhir.

AJI Jakarta juga menyoroti ancaman terhadap kebebasan pers yang berasal dari dalam, yakni intervensi pemilik modal ke dalam ruang redaksi (news room).

Secara khusus, AJI Indonesia juga menyampaikan daftar musuh utama kebebasan pers di Indonesia pada tahun ini, seraya mengingatkan semua pihak hendaknya tetap harus menjaga kemerdekaan pers dan merawatnya dengan baik serta segera menghentikan berbagai praktik yang mengusik kebebasan pers maupun kekerasan terhadap pers.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement