Senin 09 Mar 2015 11:02 WIB

Becak akan Dijauhkan dari Istana Bogor

Rep: C21/ Red: Karta Raharja Ucu
Tukang becak (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Tukang becak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Para juru mudi becak di Kota Bogor resah. Sebab, terdengar kabar kendaraan roda tiga itu akan dijauhkan dari Istana Bogor, tempat Presiden Joko Widodo saat ini bermukim.

Sohibun (58 tahun) salah satunya. Pengemudi becak yang biasa mangkal di Jalan Kapten Muslihat, Bogor itu berharap kabar tersebut tidak benar. Ia juga meminta pemerintah memikirkan nasib para pengendara becak. "Yang narik becak banyak orangtua," ujarnya kepada ROL, Selasa (8/3).

Ia mengakui jumlah becak di Kota Hujan cukup banyak. Apalagi juru mudinya rata-rata berusia lanjut. Menurut Sohibun, jika becak ditertibkan pemerintah, yang menderita adalah orang tua sepertinya. "Kalau anak muda, bisa dijadikan kuli bangunan. Tapi kalau yang tua, udah enggak laku kang," katanya.

Kondisi itu diperparah lantaran becak yang ditariknya bukan milik Sohibun. Ia hanya menyewan. Ia berpendapat, jika becak diberangus dan pemerintah tidak memberikan solusi, maka kebijakan itu seperti PHK massal.

"Takutnya, kalau langsung main razia saja, makin banyak pengemis di Kota Bogor," imbuh dia.

Juru mudi becak lainnya, Mugi Sarjono (60), mengaku akan pulang kampung ke Cilacap, Jawa Tengah, jika memang becak akan dijauhkan dari Istana Bogor.

"Peringatannya kira-kira 10 hari yang lalu, tapi kalau pelaksanaan razianya habis Lebaran, mungkin," ucap dia.

Sejumlah pengemudi becak di tempat yang sama juga mengeluhkan kebijakan tersebut. Mereka mengaku sudah dua kali mendapatkan peringatan dari Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJ).

Kuswono (50), pengemudi becak lainnya mengatakan, kendaraan roda tiga yang tidak layak pakai akan dihargai Rp 300 ribu. Kemudian yang masih layak dapat beroperasi, menurut kelayakannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement