Jumat 13 Feb 2015 16:15 WIB
Kontroversi Valentine

Takut Ketinggalan Zaman, Alasan Remaja Rayakan Valentine

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Winda Destiana Putri
 Asesoris Valentine.
Foto: Antara/Rudi Mulya
Asesoris Valentine.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyaknya remaja yang merayakan valentine dianggap karena mereka hanya ikut-ikutan atau tak ingin terlihat ketinggalan zaman.

Hal ini pun diakui oleh Pengamat Islam dari Universitas Hasanuddi Das'ad Latief yang menuturkan, perubahan arah remaja dalam mengartikan kasih sayang memang telah masuk ke sisi negatif.

Terlebih dengan banyaknya pemberitaan media diluar norma membuat banyak dari mereka dengan bebas mengekspresikan rasa kasih sayang, salah satunya melalui perayaan yang disebut valentine.

Padahal mereka tidak mengtahui bahwa perayaan hari tersebut bukanlah dari umat Islam. Dan justru balik mencelakakan pemikiran anak muda yang takut dianggap ketinggalan zaman.

"Mereka terlalu berpikir kalau tidak ikut merayakan disebut tidak gaul. Justru seharusnya mereka mengerti bahwa pergaulan yang mereka ikuti menjurus pada hedonis," ujar Latief.

Untuk itu, Latief menekankan kepada orangtua, dinas pendidikan dan pemerintah kota untuk mengambil alih penyebaran virus perayaan hari 'kasih sayang'.

Orangtua semestinya bisa memberikan pemahaman kepada anak remaja mereka agar tahu apa sebenarnya makna kasi sayang. Dinas pendidikan juga diharap menghimbau setiap sekolah agar setiap guru bisa menjelaskan kepada murid mereka bahwa perayaan hari valentine adalah hal tidak baik.

Sementara pemerintah kota, dengan kebijakan yang dimiliki, seharusnya mampu meminimaliir event organiser yang mengadakan acara perayaan hari kasih sayang di hotel, kafe dan tempat lainnya. Pasalnya dari tempat seperti ini banyak terjadi hal-hal negatif yang berujung pada kemaksiatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement