REPUBLIKA.CO.ID, AMBON - Arkeolog dari Balai Arkeologi Ambon Syaruddin Mansyur akan meneliti pola sebaran bangunan perbentengan peninggalan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, dan fungsinya dalam proses perniagaan rempah-rempah di kepulauan Maluku.
"Ini untuk melanjutkan penelitian saya yang setahun kemarin di Pulau Makian dan Moti, kalau sebelumnya hanya menyisir sebelah timur dan barat, tahun ini saya akan ke wilayah pesisir sebelah utara sampai ke selatan bagian barat halmahera, tapi waktunya belum kami jadwalkan," kata Syaruddin Mansyur di Ambon, Jumat (6/2).
Ia mengatakan, lanjutan penelitian di wilayah Pulau Halmahera tersebut dimaksudkan untuk memastikan peran kawasan itu dalam jalur perdagangan rempah-rempah, karena sebelumnya daerah tersebut merupakan pusat produksi cengkih terbaik di nusantara, salah satu wilayahnya, yakni Pulau Makian bahkan dikenal sebagai penghasil cengkih dengan kualitas terbaik, yakni cengkih raja.
Namun, kata dia, seiring adanya kebijakan pemindahan pusat produksi cengkih ke wilayah Lease, Provinsi Maluku oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda, tanaman-tanaman cengkih rakyat di sana dibumi hanguskan dan tidak berproduksi lagi hingga sekarang.
"Di Ngosakiaha (Pulau Makian) ada satu struktur loji yang kami temukan di pantai, kalau berdasarkan data sejarah itu adalah kantor dan gudang VOC pada tahun 1620an. Sepertinya setelah ada kebijakan pemindahan pusat produksi cengkih dari Makian, benteng-benteng yang ada di sana dan juga di Pulau Moti dialih fungsikan sebagai titik-titik pengawasan," katanya.
Lebih lanjut ahli perbentengan itu mengatakan, dalam penelitiannya bersama tim di Kabupaten Halmahera Barat setahun lalu, pihaknya berhasil mengidentifikasi tiga bangunan benteng VOC di Pulau Makian, yakni Mauritius, Tapasoho, Wailoa, dan Ueuwati, sedangkan di Pulau Moti hanya ditemukan satu benteng, yakni Nasau.
Rata-rata bangunan pertahanan tersebut berada di kawasan perbukitan, dan kondisinya hanya tersisa puing-puing yang menunjukan adanya bekas struktur fondasi.
"Bangunan benteng yang kondisinya relatif utuh hanya Benteng Mauritius di Ngosakiaha, selebihnya sulit kami identifikasi karena hanya tertinggal puing," katanya.