Rabu 04 Oct 2023 19:25 WIB

Hobbit Flores Fenomenal, Kepala BRIN Pesan Arkeolog Temukan Homo Lainnya

Riset arkeologi harus lebih kolaboratif dan merangkul universitas.

Pengunjung mengamati patung rekonstruksi Homo Floresiensis saat berkunjung ke kawasan Sains RP Soejono, BRIN, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (4/10/2023). Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperingati 20 tahun penemuan fosil manusia purba atau Homo Floresiensis. Pameran tersebut bertajuk The Commemoration of the 20th Anniversary of Homo Floresiensis Discovery dengan menyajikan pameran fosil serta diksusi ilmiah bersama arkeolog nasional dan luar negeri terkait penemuan fosil Homo Floresiensis. The Hobit Flores atau manusia purba kerdil asal Flores tersebut memiliki keunikan karena bentuk tengkoraknya yang lebih kecil dari tengkorak manusia modern dan juga memiliki tinggi badan 106 centimeter dengan bobot tubuh 27,5 kilogram. Homo Floresiensis ditemukan di situs Liang Boa yang merupakan gua di perbukitan karst Kabupaten Manggarai, Flores pada tahun 2003. Meski demikian proses penelitaian tersebut sudah berlangsung dari tahun 1965. Berdasarkan hasil uji laboratorium, fosil Homo Floresiensis berusia sekitar tiga puluhan ribu tahun yang lalu.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung mengamati patung rekonstruksi Homo Floresiensis saat berkunjung ke kawasan Sains RP Soejono, BRIN, Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (4/10/2023). Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperingati 20 tahun penemuan fosil manusia purba atau Homo Floresiensis. Pameran tersebut bertajuk The Commemoration of the 20th Anniversary of Homo Floresiensis Discovery dengan menyajikan pameran fosil serta diksusi ilmiah bersama arkeolog nasional dan luar negeri terkait penemuan fosil Homo Floresiensis. The Hobit Flores atau manusia purba kerdil asal Flores tersebut memiliki keunikan karena bentuk tengkoraknya yang lebih kecil dari tengkorak manusia modern dan juga memiliki tinggi badan 106 centimeter dengan bobot tubuh 27,5 kilogram. Homo Floresiensis ditemukan di situs Liang Boa yang merupakan gua di perbukitan karst Kabupaten Manggarai, Flores pada tahun 2003. Meski demikian proses penelitaian tersebut sudah berlangsung dari tahun 1965. Berdasarkan hasil uji laboratorium, fosil Homo Floresiensis berusia sekitar tiga puluhan ribu tahun yang lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko berharap di masa mendatang akan muncul temuan temuan baru sefenomenal Homo floresiensis. “Untuk menguak sejarah peradaban Indonesia,” kata Laksana dalam pidatonya di ‘Commemoration of the 20th Anniversary of Homo floresiensis Discovery’ di Kawasan Sains Raden Panji Soejono BRIN di Pejaten Pasar Minggu, Rabu (4/10/2023).

Ini adalah acara diskusi memeringati 20 tahun penemuan fosil fenomenal Homo floresiensis. Dinilai fenomenal karena inilah satu satunya temuan rangka manusia purba dengan bentuk badan kecil. Temuan ini kerap disebut sebagai ‘hobbit’ Flores, hanya setinggi 106 cm. Diperkirakan umur ‘hobbit’ Flores itu antara 30 ribu tahun yang lalu (tyl) hingga 50 ribu tyl. 

Baca Juga

Homo floresiensis ditemukan di Situs Liang Bua. Sebuah gua yang besar di Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Peneliti harus menggali sedalam nyaris enam meter untuk menemukan manusia kecil Flores ini. Selain temuan rangka manusia, di lapisan yang sejaman dengan itu juga ditemukan alat batu dan tulang belulang hewan. “Kita ingin setelah Homo floresiensis, kita temukan lebih banyak lagi,” sambung Laksana.  

Indonesia memang dikenal sebagai salah satu pusat dari riset manusia purba di dunia. Ini karena bermacam macam jenis manusia purba di temukan di Nusantara. Dari yang fenomenal seperti Meganthropus paleojavanicus, Homo erectus, Homo wajakensis, hingga Homo floresiensis. Temuan tulang spesies Homo sapiens di Indonesia adalah salah satu yang terbesar di dunia.

Laksana berpesan, arkeolog Indonesia harus menjadi arkeolog kelas dunia. Karena di Indonesia memiliki potensi untuk itu, yakni situs arkeologi yang banyak dan artefak arkeologi yang bernilai. Untuk itu, Laksana menegaskan BRIN mendukung penuh kegiatan penelitian arkeologi. Ada sejumlah perubahan arah riset arkeologi nasional ke depannya. Salah satunya adalah harus memiliki program jangkar. Tahun depan, kata dia, program jangkar arkeologi nasional adalah riset di situs Bumiayu, Jawa Tengah. 

Dalam program tersebut, ekskavasi di situs bersangkutan akan dilakukan secara serius berkesinambungan. Satu seri ekskavasi bisa selama tiga bulan dan berturut-turut hingga lima atau tujuh tahun. Kawasan ekskavasi nantinya akan diperlakukan laiknya kantor khusus BRIN di lapangan dengan fasilitas lengkap

Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra BRIN Herry Jogaswara mengatakan, perayaan 20 tahun penemunan Homo floresiensis bukan sekadar romantisme. Tapi juga momentum perubahan riset arkeologi. Ia tegaskan, ke depan tidak ada lagi riset bersifat regional dan pentingnya kolaborasi riset dengan pihak dalam dan luar negeri, termasuk universitas terkait.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement