REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jakarta dinobatkan sebagai kota paling tidak aman dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Economist Intelligence Unit. Terkait hal ini, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sudah menyadari hal itu.
"Bagi kami, sebetulnya kami sudah menyadari Jakarta tidak aman," terang Ahok saat menghadiri gelar hasil Operasi Bina Kusuma di Polda Metro Jaya, Selasa (3/2).
Ahok menyatakan kesadaran akan hal inilah yang membuat Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta membentuk tiga mitra untuk keamanan Jakarta pada tahun lalu. Selain itu, Ahok juga mengatakan saat ini Pemda sedang mengerjakan pemasangan CCTV sebanyak-banyaknya di Jakarta.
CCTV ini, tutur dia, dapat menangkap dengan jelas plat nomor mobil maupun wajah seseorang. "Sedang dikerjakan, mungkin akhir tahun bisa dapat 2.500 (CCTV) di tempat utama," lanjutnya.
Selain itu, Ahok juga sedang merencanakan pembuatan sistem Jakarta Smart City. Sistem ini pada awalnya terisnpirasi dari program di India dan kemudian dikembangkan sendiri. Sistem Jakarta Smart City ini nantinya akan memanfaatkan sistem Android.
Sistem ini nantinya akan memungkinkan warga Jakarta yang merasa tidak aman atau mendapat ancaman dapat mengirimkan suatu tanda melalui aplikasi android.
Tanda yang dikirimkan warga ini akan bisa terlacak oleh kelurahan ataupun wilayah terdekat. Satpol PP yang ditempatkan di kelurahan tersebut akan bisa segera membaca tanda tersebut. Satpol PP ini nantinya bisa segera menindak jika ada pelaku kejahatan atau preman di wilayah yang dilaporkan warga melalui "tanda" tersebut.