Jumat 16 Jan 2015 09:26 WIB

Lukisan Gua Tertua di Dunia Ditemukan di Sulawesi

The Japan Media Arts Festival
Foto: www.creativeapplications.net
The Japan Media Arts Festival

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Salah satu penemuan terbesar dalam sejarah seni rupa pada 2014, dapat dipastikan adalah lukisan gua tertua di dunia. Namun, tahukah Anda, bila lukisan yang dimaksud itu justru ditemukan di Pulau Sulawesi, Indonesia. Lukisan itu, menampilkan gambar-gambar berupa bentuk tangan dan binatang.

Lukisan-lukisan gua itu juga melingkupi dorongan-dorongan orang-orang yang hidup di sini, di tengah-tengah hutan belantara Pulau Sulawesi. Aktivitas itu, yang kemudian butuh diekspresikan dan direkam layaknya sebuah ‘kapsul waktu’.

 

Karya-karya artistik secara esensial adalah juga kapsul-kapsul waktu yang merangkum emosi-emosi yang dialami oleh seniman dalam ruang dan waktu tertentu. Dalam pengertian, bahwa sesuatu yang tersembunyi dalam tiap-tiap karya, diberikan kehidupan baru dan akan terus hidup melalui empati pemirsa.

 

Dalam biologi, perilaku hewan dan tumbuhan untuk menghentikan aktivitas kehidupan sementara guna bertahan hidup dari lingkungan alam yang ekstrim disebut cryptobiosis (aktivitas kehidupan tersembunyi). Bunga teratai yang tumbuh dari benih yang berusia beberapa ribu tahun, dapat dinyatakan sebagai contoh luar biasa dari cryptobiosis.

Selain sebagai penghentian aktivitas kehidupan berdasarkan ekspektasi bahwa aktivitas kehidupan akan berlangsung kembali cryptobiosis dapat pula dinyatakan sebagai sebuah metode untuk bertahan hidup. Itulah salah satunya yang tergambar dalam lukisan gua di Sulawesi.

 

Karena itu, di antara karya-karya pemenang penghargaan Japan Media Arts Festival di pamerka ini, kata  Divisi Program Selasar Sunaryo Art Space, Chabib Duta Hapsoro, ingin memfokuskan diri pada karya-karya yang mencoba melalui beberapa metode. Terutama, untuk menghidupkan kembali sesuatu yang telah terkubur di suatu tempat di dunia, yang keberadaan dan nilai mereka lama terlupakan, dan mencoba untuk mengumpulkannya bersama-sama di Bandung.

Untuk itu, kata Chabib, Badan Urusan Kebudayaan, Pemerintah Jepang bekerja sama dengan Selasar Sunaryo Art Space menyelenggarakan CRYPTOBIOSIS: Seeds of the World–pameran khusus dari The Japan Media Arts Festival. Pameran ini menampilkan karya-karya pemenang penghargaan The Japan Media Arts Festival yang diselenggarakan setiap tahun sejak 1997.

Tujuan festival ini, kata dia, adalah memperkenalkan secara komprehensif karya seni rupa yang berfokus pada atau memanfaatkan media baru. Seperti, gadget, aplikasi, games, animasi, manga (komik) dan sejenisnya, yang memanfaatkan teknologi termutakhir dan mewakili semangat kemajuan yang kreatif.

 

Selain karya-karya pemenang penghargaan The Japan Media Arts Festival, pameran ini juga menampilkan karya-karya beberapa seniman Indonesia dengan sebuah tema yang berkaitan dengan fenomena biologis: "cryptobiosis". Terdapat pula kegiatan diskusi untuk mendukung pameran dan pemutaran film, yang memberikan peluang untuk pertukaran wacana lebih jauh yang saling menguntungkan antara Indonesia dan Jepang.

 

Pembukaan pameran khusus dari The Japan Media Arts Festival, kata Chabib, akan dilakukan pada Jumat (23/1) pukul 19.00 WIB bertempat di Amphiteater Selasar Sunaryo Art Space. Pameran ini pun akan berlansung dari  24 Januari – 15 Februari 2015 bertempat di Ruang B dan Ruang Sayap Selasar Sunaryo Art Space

 

Sedangkan seniman yang hadir dalam pameran tersebut antara lain Yamamoto Yoshihiro, Saigo No Shudan (Arisaka Ayumu, Oita Mai, Kohata Ren), Kanno So & Yamaguchi Takahiro, Toyama Keiichiro, Nanmo (Yanagihara Takayuki), La Societe Anonyme, Wada Ei, Inaba Takuya, James Bridle, Shintosubo Kenshu+Ikegami Takashi, Igarashi Daisuke, Syaiful Aulia Garibaldi, dan Bagus Pandega dengan kurator Nakao Tomomichi

 

The Japan Media Arts Festival adalah sebuah festival Seni Media (= Media Geijutsu) komprehensif yang menghargai karya-karya istimewa dalam beragam media, dari animasi dan komik hingga seni media dan games. Festival ini memberikan penghargaan pada masing-masing empat divisi atau kategori: Seni Rupa, Hiburan, Animasi, dan Manga.

The Japan Media Arts Festival ke-18 menerima sejumlah 3,853 karya dari 71 wilayah dan negara. Japan Media Arts Festival jelas terus berkembang menjadi festival internasional. Karya pemenang penghargaan yang dipamerkan baik di dalam dan luar negeri Jepang melalui berbagai proyek dan kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Urusan Kebudayaan, Pemerintah Jepang yang bertujuan untuk mempromosikan penciptaan, pengembangan dan pemahaman kesadaran apresiasi seni media.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement