REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kelompok Kreatifitas Difabel (KKD) Bandung membuat kaki dan tangan palsu dengan memanfaatkan sampah atau barang bekas.
"Kaki dan tangan palsu ini memanfaatkan barang bekas seperti alumunium, pvc, plat besi, kayu limbah dan spon," kata Anwar Permana, Ketua Kelompok Kreatifitas Difabel Anwar Permana di Bengkel Kreatifitas Jalan Papanggungan X Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung, Senin (12/1).
Kaki dan tangan palsu yang dibuat kelompok itu biasanya tergantung pemesan yang datang dan disesuaikan dengan harga. "Pemesan datang kesini, kami mengukur tangan atau kakinya dan menyesuaikan bahan yang akan dipakai," katanya.
Kaki dan tangan palsu buatan itu dijual mulai Rp800 ribu hingga Rp5 juta tergantung bahan yang digunakan untuk pembuatannya. "Untuk harga tangan palsu mulai Rp800 ribu. kaki palsu Rp3 juta sampai Rp5 juta tergantung pembeli yang menginginkan bahannya," kata Anwar.
Kaki dan tangan palsu yang mereka hasilkan berbeda dengan buatan pabrik. Harganya lebih murah karena menggunakan bahan baku dari bahan bekas. Ia menyebutkan, produk pabrik dibuat dari resin bahannya keras sedangkan produk mereka menggunakan pvc, alumunium dan spon. Namun dengan bahan itu produknya lebih nyaman dan murah.
Menurut dia, untuk penggunaan kaki atau tangan yang pertama kali akan merasakan pegal atau bahkan lecet efeknya bisa iritasi di bagian tubuh yang pemakainya. "Harus sering dilepas, pernah ada yang sampai iritasi gara-gara terus dipakai dan jarang dilepas," katanya.
Keringat yang dihasilkan pemakainya adalah penyebab utama iritasi tersebut, karena itulah pemakai harus sering mengecek kondisi kaki atau tangan palsunya. Menurut Anwar, seluruh pegawai di bengkel kreatifitas adalah para penyandang disabilitas yang membuat usaha itu bersama-sama sejak 2009.
"Ada sepuluh orang yang mengerjakan kaki dan tangan palsu ini, semuanya penyandang disabilitas dan bukan hanya dari Bandung saja," katanya.
Meski dengan permodalan terbatas, namun mereka mengaku bisa mandiri. Menurut Anwar, pihaknya sempat mengajukan permohonan ke Gubernur Jabar, namun diarahkan ke Disperindag. Namun hingga saat ini ia mengaku belum terealisasi.