REPUBLIKA.CO.ID, POTISKUM -- Serangan bom bunuh diri kembali terjadi di Nigeria pada Ahad (11/1). Insiden yang terjadi di sebuah pasar telepon genggam di Kota Potiskum yang terletak di negara bagian Yobe, Nigeria, dilakukan oleh dua orang wanita yang dilaporkan berusia 20 tahun.
Atas serangan tersebut, empat orang dilaporkan tewas.Seorang saksi mata kepada BBC mengatakan jeda waktu antara bom pertama dan kedua tidak berlangsung lama mengingat bom kedua meledak hanya beberapa detik setelah ledakan pertama saat orang-orang tengah mencoba menolong korban.
Wilayah Postikum sendiri menjadi target serangan dalam beberapa waktu terakhir menyusul permintaan bantuan dukungan dari militer Nigeria dalam misinya memerangi kelompok militan Boko Haram.
Serangan ini terjadi hanya sehari setelah insiden bom bunuh diri di Maiduguri dengan serorang pelaku perempuan yang masih berusia sepuluh tahun. Atas serangan bom bunuh diri yang menggunakan mobil itu, sedikitnya 16 orang dilaporkan telah meninggal dunia. Seorang petugas polisi mengatakan kepada Reuters bahwa gadis belia itu telah dipasangi alat peledak yang melilit dalam tubuhnya.
Seorang saksi mata ledakan di Maiduguri mengatakan bahwa ledakan terjadi saat gadis tersebut sedang diperiksa di pintu masuk pasar. Ia meyakini bahwa bom itu telah dikendalikan dari jarak jauh yang pada akhirnya juga melukai sekitar 20 orang.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan ini, tetapi besar dugaan mengarah ke arah kelompok Boko Haram. Serangan tersebut terjadi seminggu setelah kelompok Boko Haram menguasai Kota Baga di utara negara bagian Borno setelah pertempuran senjata dengan militer Nigeria.Para pejabat mengatakan bahwa serangan Boko Haram ke wilayah tersebut mendorong ribuan orang mengungsi ke Maiduguri atau ke pulau-pulau di Danau Chad.
Perkiraan jumlah warga sipil yang tewas dalam serangan pekan lalu mencapai angka dua ribu orang. Boko Haram dinilai harus bertanggung jawab atas tewasnya ribuan orang dalam aksinya selama lima tahun terakhir.
Sementara itu, calon presiden Nigeria mulai melakukan kampanyenya dalam pemilihan presiden dan parlemen Nigeria yang akan dihelat pada Februari mendatang.
Presiden Nigeria Goodluck Jonathan terus mendapat kritikan keras menyusul gagalnya membendung pergerakan Boko Haram.Motif serangan bom bunuh diri dengan melibatkan anak-anak tak pelak mendapat sorotan tajam dari Badan PBB untuk Anak-Anak (UNICEF).
Direktur Eksekutif UNICEF, Anthony Lake, mengatakan keprihatiannya tentang kekerasan yang melibatkan anak-anak sebagai senjatanya.
Lake menambahkan bahwa apa yang terjadi di Nigeria seharusnya dapat menyentuh nurani dunia internasional mengingat kerapnya kelompok pemberontak menggunakan anak-anak sebagai tamengnya.
Jean Gouge, perwakilan UNICEF untuk Nigeria, mengatakan tren terbaru menggunakan gadis-gadis muda untuk melakukan serangan tersebut sangat mengkhawatirkan. "Kami melihat tren baru menggunakan anak perempuan sebagai pelaku bom bunuh diri. Ini adalah sesuatu yang baru bagi konflik ini. Jadi, tren ini sangat mengkhawatirkan bagi kami," ujarnya.
Gouge mengatakan UNICEF sedang mencoba untuk mencari tahu siapa yang harus bertanggung jawab atas tren ini.
"Kami belum melakukan studi ilmiah, tapi apa yang kita lihat adalah bahwa kemungkinan besar, anak-anak ini tidak menyadari bahwa tengah diperdaya. Kemungkinan besar, seseorang mengendalikan melalui remote control. Kami berpikir bahwa anak-anak ini adalah korban konflik tersebut, " lanjutnya.
Dia mengatakan UNICEF terus berusaha untuk menyelamatkan anak-anak dari segala tindak kekerasan. Sebelumnya, UNICEF kata Gouge, telah menyerukan pembebasan lebih dari 200 anak perempuan yang diculik di Borno pada April lalu. Untuk mengurangi penculikan gadis-gadis lain, Gouge menyatakan UNICEF telah bekerja sama dengan pemerintah Nigeria untuk memberikan beasiswa bagi mereka.