Ahad 13 Oct 2024 17:57 WIB

Sekitar 90 Persen Anak-Anak Gaza Tidak Mampu Mengakses Makanan Bergizi

3.000 anak di wilayah Palestina berisiko meninggal dunia karena kekurangan gizi.

Anak-anak Palestina dievakuasi dari lokasi yang terkena pemboman di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Sabtu (13/7/2024). Menurut pejabat kesehatan setempat bahwa serangan udara Israel tersebut telah menewaskan setidaknya 90 warga Palestina di zona pengungsi camp kemanusiaan. Israel mengklaim serangan itu dilakukan untuk menargetkan panglima militer Hamas Mohammed Deif.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Anak-anak Palestina dievakuasi dari lokasi yang terkena pemboman di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Sabtu (13/7/2024). Menurut pejabat kesehatan setempat bahwa serangan udara Israel tersebut telah menewaskan setidaknya 90 warga Palestina di zona pengungsi camp kemanusiaan. Israel mengklaim serangan itu dilakukan untuk menargetkan panglima militer Hamas Mohammed Deif.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Bulan Sabit Merah Palestina pada Sabtu (12/10) memperkirakan sekitar 90 persen anak-anak di Jalur Gaza tidak memiliki akses yang memadai terhadap makanan bergizi dan beragam makanan.

"Selama 12 bulan terakhir, masyarakat di Gaza telah mengalami kelaparan, dengan 90 persen anak-anak menderita kemiskinan pangan. Penderitaan manusia tidak boleh dianggap sebagai suatu kelaziman," tulis lembaga amal itu di X.

Baca Juga

Bulan Sabit Merah Palestina menekankan pentingnya melanjutkan upaya untuk mengakhiri krisis pangan yang sedang berlangsung di wilayah kantong Palestina tersebut.

Badan anak-anak PBB, UNICEF, memperkirakan pada Juni lalu bahwa hampir 3.000 anak di wilayah Palestina berisiko meninggal dunia karena kekurangan gizi. UNICEF menyatakan bahwa akses kemanusiaan yang aman dan gencatan senjata diperlukan untuk memulai kembali distribusi pasokan penting ke daerah kantung Palestina tersebut. UNICEF mengemukakan bahwa pasokan itu dapat menyelamatkan nyawa warga di Jalur Gaza, termasuk anak-anak. 

sumber : ANTARA/Anadolu/Sputnik-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement