Rabu 07 Jan 2015 14:38 WIB

Kemenlu Koordinasikan Bantuan Asing dalam Evakuasi Air Asia QZ8501

Karangan bunga untuk korban maskapai Air Asia QZ8501.
Foto: Reuters
Karangan bunga untuk korban maskapai Air Asia QZ8501.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia mengoordinasikan bantuan pihak asing untuk mengevakuasi dan penanggulangan kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 kepada Badan Search and Rescue Nasional dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi.

"Secara langsung Menlu (Retno LP Marsudi) mendapat tawaran kerja sama untuk datangnya bantuan dari beberapa negara. Semua bantuan asing ini kami koordinasikan dengan Basarnas dan KNKT," kata Direktur Konsuler Kementerian Luar Negeri Tri Tharyat di Jakarta, Selasa.

Menurut Tri, bantuan penanggulangan bencana pesawat AirAsia yang diberikan pihak asing itu diarahkan untuk dua konteks, yaitu pencarian dan investigasi. Ia menyebutkan jenis bantuan yang diberikan pihak asing itu terdiri dari bantuan sumber daya manusia seperti ahli dan penyelam serta bantuan peralatan seperti pesawat, helikopter, dan detektor laut dalam.

"Kami mengutamakan menerima bantuan untuk hal-hal yang paling kita butuhkan, seperti untuk upaya pencarian 'black box'," ujar dia.

Tri memaparkan beberapa negara yang memberikan bantuan ke Indonesia dan jenis bantuannya. Singapura mengirimkan lima pesawat, lima kapal laut, dan 10 orang tim SAR. Malaysia mengirimkan satu pesawat dan lima kapal laut. Australia mengirimkan dua pesawat.

Selanjutnya, Korea Selatan mengirimkan satu pesawat. Amerika Serikat mengirimkan dua kapal laut dan dua helikopter. "Kemudian, ada dua kapal dan tiga helikopter dari Jepang, dua pesawat dari Rusia," kata Tri.

Sementara itu, Cina mengirim satu kapal berisi beberapa ahli dan penyelam. Inggris mengirimkan ahli dan alat detektor laut dalam. Prancis mengirimkan empat orang ahli, yakni dua orang dari KNKT Prancis dan dua ahli dari Airbus.

"Selain itu, ada beberapa negara lainnya yang sudah menawarkan diri kepada Menlu untuk membantu, yaitu India, Vietnam, Thailand, Kanada. Mereka sudah 'standby'," ungkap Tri.

Selanjutnya, ia menyebutkan bantuan ahli identifikasi korban untuk tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri datang dari Korea Selatan, Singapura, dan Australia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement