Rabu 10 Dec 2014 04:20 WIB
Golkar pecah

Ical Terpilih, Pengamat: Kepemimpinan Golkar Monoton

Rep: cr 05/ Red: Hazliansyah
    Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (tengah) didampingi Sekjen Partai Golkar Idrus Marham (kanan) berjalan usai menyerahkan laporan hasil Munas IX partai Golkar di Bali ke Kemenkumham, Jakarta, Senin (8/12). (Republika/Tahta Aidilla)
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (tengah) didampingi Sekjen Partai Golkar Idrus Marham (kanan) berjalan usai menyerahkan laporan hasil Munas IX partai Golkar di Bali ke Kemenkumham, Jakarta, Senin (8/12). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aburizal Bakrie (Ical) kembali terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar (versi Munas Nusa Dua, Bali). Terkait itu, Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Pangi Sharwi menilai, hal itu mencerminkan partai yang tidak ada regenerisasi.

"Kepemimpinan Golkar jadi monoton karena tidak ada regenerisasi. Harusnya sudah mulai bergeser pada kepemimpinan lain," ujar Pangi kepada Republika Onlline (ROL), Selasa (9/12).

Dilanjutkan Pangi, dirinya menilai peluang kubu Ical lebih besar untuk disahkan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) karena lebih banyak mengantongi raihan suara dari anggota Golkar ketimbang Ketum Golkar versi Munas Jakarta Agung Laksono. 

Namun, kata Pangi, ia tidak setuju dengan terpilihnya kembali Ical selama dua periode.

"Standar demokrasi harus berganti, tidak monoton seperti itu, 10 tahun," kata Pangi.

Bahkan Pangi juga mencontohkan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga pernah menjadi Ketum Golkar. 

Menurutnya kepemimpinan JK tersebut patut dicontoh. "Kalau Pak JK kan memberi contoh yang baik soal masa kepemimpinan," kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement