REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Sutarman meminta publik jangan hanya melihat kasus bentrokan TNI-Polri di Batam, dari sisi penembakan anggota TNI semata.
"Itu rangkaiannya panjang, (dalam rangka) penegakan hukum di bidang minyak. Ada minyak di tempat itu dibawa ke sana, kemudian waktu penggerebekan itu terjadi insiden. Jadi, masalahnya jangan dilihat insidennya, tapi kita mengamankan bahan bakar itu," ujarnya di komplek Istana Kepresidenan, Selasa (14/10).
Menurutnya penimbunan BBM sudah lama terjadi di Batam. Seiring waktu, upaya penegakkan hukum pun terus dilakukan kepolisian. "Kita sudah lama melakukan. Itu bagian kecil saja," katanya.
Mantan Kabareskrim Mabes Polri ini menambahkan, pascadilakukan penindakan di Batam, distribusi BBM tidak sampai setengah dari kuota biasa. "Berarti apa yang kita lakukan itu sudah benar. Tapi, kalau ada ekses, jangan eksesnya di besar-besarkan," ujarnya.
Sutarman berharap TNI-Polri terus bekerja sama dalam penegakkan hukum semacam ini. Menurutnya Polri juga tidak mampu menegakkan hukum sendiri. "Jadi harus bekerja sama. Intinya jangan sampai menimbulkan ekses," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, tim investigasi gabungan TNI-Polri untuk menyelidiki bentrokan prajurit TNI dan personel Polri di gudang bahan bakar minyak (BBM), Perum Cipta Asri, Batam, Kepulauan Riau, telah menyampaikan hasil temuannya, Selasa (14/10). Salah satu temuan tim gabungan menyimpulkan pelaku penembakan prajurit TNI adalah personel Brimob AKP OYP.