Kamis 10 Apr 2025 16:43 WIB

Delapan Pendulang Emas di Yahukimo Masih Hilang

Dua warga dilaporkan masih disandera.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Muhammad Hafil
Anggota kelompok separatis teroris (KST) terus beraksi meneror warga dan membunuh personel TNI AD (ilustrasi).
Foto: Istimewa
Anggota kelompok separatis teroris (KST) terus beraksi meneror warga dan membunuh personel TNI AD (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,YAHUKIMO — Dua warga korban penyerangan kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) di penambangan emas Lokasi-22 Kali Silet, Yahukimo, di Papua Pegunungan dikabarkan masih dalam penyanderaan. Delapan pendulang emas belum diketahui keberadaannya. Dalam kejadian tersebut, 11 pendulang emas tewas.

Kepala Satgas Operasi Damai Cartenz Brigadir Jenderal (Brigjen) Faizal Ramadhani melalui siaran pers menyampaikan, dua warga biasa yang kini dalam penyanderaan separatis, atas nama Dani yang merupakan Tuan Dusun, dan isterinya Gebi. “Diduga masih disandera oleh KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata),” ujar Brigjen Faizal, Kamis (10/4/2025).

Baca Juga

Adapun korban selamat sementara ini, kata Brigjen Faizal terdata sebanyak 35 orang. Mereka yang selamat tersebut adalah para pendulang emas yang berhasil lari dari penyerangan separatis. Setelah dilakukan evakuasi oleh satuan keamanan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri kemarin, kini, kata Brigjen Faizal para pendulang emas yang selamat itu dalam kondisi aman di Kampung Mabul di Distrik Koroway, Asmat, Papua Selatan. 

Namun kata Brigjen Faizal, dari penjelasan para korban yang selamat itu masih ada delapan orang lainnya terpisah dari rombongan saat menyelamatkan diri dan hingga kini belum diketahui keberadaannya. “Delapan orang lainnya dilaporkan terpisah dari rombongan, dan belum diketahui keberadaannya,” ujar Brigjen Faizal. Dan sebanyak 12 pendulang emas lainnya yang selamat, pada Rabu (9/4/2025) pun sudah dievakuasi aman ke Distrik Dekai.

“12 pendulang emas yang selamat itu, berhasil melarikan diri menggunakan speed boat (motor air) selama lima jam, dan selamat ke Pelabuhan Logpon di Dekai,” kata Brigjen Faizal. Dari permintaan keterangan para korban selamat tersebut, diketahui penyerangan yang dilakukan separatis bersenjata terjadi pada sepanjang Ahad (6/4/2025) sampa dengan Senin (7/4/2025). Penyerangan terjadi di dua tempat penambangan. “Yaitu di Lokasi 22 dan di Muara Kum,” ujar Brigjen Faizal.

Brigjen Faizal mengatakan, dugaan sementara memang 11 pendulang emas yang hilang nyawa. Data tersebut, kata dia juga berdasarkan identifikasi dan keterangan korban yang selamat. Dari penjelasan saksi-saksi tersebut, enam pendulang emas yang meninggal dunia teridentifikasi atas nama Aidil, Sahruddin, Ipar Stenli, Wawan, Feri, dan Bungsu. “Sementara lima korban meninggal dunia lainnya masih dalam proses identifikasi,” ujar dia. Dari keterangan saksi-saksi tersebut, kata Brigjen Faizal diketahui penyerangan, dan pembunuhan terhadap para pendulang emas itu menggunakan senjata api, parang, dan panah.

“Berdasarkan informasi yang diterima, korban pembunuhan mengalami luka-luka bacok, luka-luka tembakan, serta luka-luka akibat terkena panah,” begitu kata Brigjen Faizal. Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz Komisaris Besar (Kombes) Yusuf Sutejo menambahkan, hingga saat ini proses evakuasi korban meninggal dunia dan pencarian mereka yang hilang sedang dalam perencanaan. Satgas Damai Cartenz bersama TNI dalam koordinasi untuk dapat masuk ke wilayah penyerangan. “ODC (Operasi Damai Cartenz) dan TNI saat ini sedang merencanakan evakuasi,” ujar dia.

TPNPB-OPM bertanggung jawab   

Pada Selasa (8/4/2025) kelompok separatis bersenjata Papua Medeka kembali mengabarkan tentang aksi-aksi penyerangan. Markas Pusat Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyampaikan kelompoknya bertanggung atas pembantaian yang menewaskan 11 pendulang emas penambangan Kali Silet di Yahukimo, Papua Pegunungan. 

Juru Bicara TPNPB Sebby Sambom mengatakan para korban tersebut adalah anggota-anggota Tentara Nasional Indoensia (TNI) yang menyamar. Sebby menerangkan, pembunuhan para anggota militer yang menyaru sebagai penambang emas tersebut dilakukan dalam operasi penyerangan yang dilakukan sepanjang Ahad (6/4/2025), sampai Selasa (8/4/2025). Penyerangan tersebut, kata Sebby dilakukan oleh regu bersenjata Dejen Heluka dan Karis Giban yang merupakan anggota kelompok sayap militer Organisasi Papua Merdeka (OPM) di bawah pemimpin Hom Heluka dan Almarhum Giban dari Kodap III Nduga-Derakma. 

“Pembunuhan tersebut dilakukan selama tiga hari berturut-turut hingga Selasa (8/4/2025) dan berhasil membunuh 11 orang anggota militer pemerintah Indonesia yang menyamar sebagai pendulang emas di wilayah operasi TPNPB,” ujar Sebby dalam keterangan tertulis yang diterima Republika di Jakarta, pada Selasa (8/4/2025). Selain menewaskan 11 orang, dalam penyerbuan kelompok tersebut, sayap bersenjata OPM itu juga mengeklaim membuat tiga orang lainnya luka-luka. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement