REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Indonesia Mining and Energi Studies (IMES) sekaligus Anggota Pokja Energi Rumah Transisi, Erwin Usman, menyebut, Darwin Silalahi dan Taslim Yunus yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat menjadi bos Pertamina, tidaklah tepat. Ia berpendapat, Darwin dan Taslim bukanlah orang yang tepat menjadi Menteri ESDM ataupun Dirut Pertamin.
Ia menyebut, keduanya diyakini akan membawa kepentingan asing ke dalam ranah kebijakan. Taslim adalah nama yang diusung oleh kubu Jusuf Kalla dan Hendropriyono.
"Menurut saya tidak cocok. Itu kan posisi paket ESDM 1 dan Pertamina 1, sangat strategis. Jadi jangan sampai jatuh ke tangan mereka," kata Erwin Usman Dalam Diskusi Publik yang disenggarakan KAMMI Nasional di Cikini, Jakarta, Ahad (21/9).
Ia menegaskan Darwin dan Taslim adalah bagian dari sindikat Multinational Company yang sudah mengobrak abrik tata kelola migas kita. Namun, meski Taslim dan Darwin adalah nama yang berasal dari dua kubu yang beda. Tapi bukan berarti kedua kubu saling bersimpangan.
"Kita tidak tahu kan kalau kedua kubu itu sebenarnya bekerja sama. Siapa yang tahu kalau kedua kubu itu diluar sana arisan," ucapnya
"Jokowi sendiri juga sudah punya rencana membentuk Satgas Anti Mafia Migas, yang rekrutmennya dalam catatan kami mesti transparan, akuntabel, dan publik terlibat," tukas Erwin.
Menurut Erwin, pemerintahan Jokowi-JK menurutnya perlu sangat selektif untuk rekrutmen tersebut. Sedangkan untuk orang-orang yang pernah menjadi petinggi ESDM, BP Migas, BPH Migas, SKK Migas, dan BUMN dari sektor ESDM tidak perlu dicalonkan kembali untuk masuk kabinet Jokowi-JK. "Pemberantasan mafia migas dipandang perlu karena mafia migas sudah beroperasi sejak era orde baru," ucap dia.