REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wahid Institute menggelar pawai damai dengan berjalan kaki yang diikuti 1.000 peserta dari Patung Arjuna ke Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (21/9) pagi.
Ketua Wahid Institute Yenny Wahid mengatakan kegiatan itu dilaksanakan dalam rangka memperingati hari perdamaian dunia yang juga menjadi cita-cita sang ayah, KH Abdurachman Wahid atau dikenal dengan sebutan Gus Dur. "Gus Dur bercita-cita Indonesia tidak ada diskriminasi, apapun sukunya, latar belakang etnis, agamanya. Semuanya harus bersatu," katanya ketika ditemui usai acara.
Yenny mengatakan, pihaknya ingin semua mengedepankan kepentingan bangsa daripada kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. "saat ini masih banyak sekat di masyarakat, banyak konflik di daerah, bahkan juga elit politik," katanya.
Untuk itu ia ingin mengingatkan para elit politik dan elit pemerintahan untuk mengedepankan perdamaian. "Para elit jangan menciptakan konflik, supaya warga masyarakatnya juga tidak ikut-ikutan konflik. Masyarakat juga bersama-sama mengusung perdamaian di lingkungan masing-masing," kata putri sulung almarhum Gus Dur.
Kegiatan pawai damai ini diselenggarakan oleh The Wahid Institute sebagai rangkaian ulang tahun lembaga tersebut yang ke-10, sekaligus memperingati ulang tahun Gus Dur yang jatuh pada tanggal 26 September nanti.
Dalam rombongan, terlihat istri Almarhum Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid, yang mengikuti pawai dengan menggunakan kursi roda. Di tangan kirinya, Sinta Wahid menggenggam balon warna biru bergambar wajah Gus Dur dengan tulisan "Perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi".