REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Jaringan Muda Nahdlatul Ulama (JMNU) Adnan Rarasina menilai sosok putri Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid patut diperhitungkan dalam Pilpres 2019. Meskipun namanya tidak kunjung muncul dalam survei nasional.
"Dengan rekam jejak yang panjang yang dimiliki Yenny dan kedekatannya dengan berbagai kelompok Islam selama ini maka figur Yenny layak untuk diperhitungkan," kata Adnan melalui keterangannya di Jakarta, Rabu (31/1).
Adnan menilai alasan dalam berbagai survei nama Yenny Wahid tidak muncul menjadi calon Presiden maupun Wakil Presiden, itu semua lebih pada faktor Yenny Wahid yang low profile. Dia menilai Yenni enggan untuk memunculkan dirinya ke publik.
Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid Menjadi Pembicara dalam FGD Pra Munas Alim Ulama NU
Yenny selama ini lebih banyak berkecimpung dan aktif di bidang sosial kemasyarakatan. Juga pemberdayaan masyarakat kecil dan pembelaannya pada kaum minoritas yang terpinggirkan melalui The Wahid Foundation. Meski tidak aktif lagi di partai politik ataupun politik praktis, sosok Yenny Wahid dipandang masih tetap memiliki magnet politik yang kuat.
Berbekal komunikasi politiknya yang cair dan lentur, Yenny diterima di berbagai kalangan dan komunitas masyarakat. Adnan mengatakan Yenny juga diterima dan dekat dengan Presiden Jokowi. Dalam memahami Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika keduanya seiring sejalan.
"Ibu Shinta Abdurrahman Wahid (istri Gus Dur sekaligus ibunda Yenny) bahkan pernah memberikan songkok nasional yang sering dipake Gus Dur pada Jokowi pada suatu kesempatan kunjungan Jokowi ke keluarga Gus Dur," ujar Adnan.
Isteri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid berbincang dengan Putrinya Yenny Wahid saat peringatan Sewindu Haul Gus Dur di Jakarta, Jumat (22/12) malam. Peringatan kedelapan tahun wafatnya Presiden Keempat RI yang akrab disapa Gus Dur itu mengakat tema semua demi bangsa dan negara.
Di sisi lain Yenny sekaligus dekat dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Pada suatu kesempatan, Adnan mengatakan, Gus Dur pernah menyatakan bahwa Prabowo adalah pemimpin yang "ikhlas".
Adnan memandang jika jaringan politik Yenny di berbagai daerah memintanya untuk maju maka Yenny pasti akan mulai membuka diri. Terlebih saat ini secara fakta politik, dua nama yang akan maju menjadi Presiden 2019 dengan elektabilitas tinggi yakni petahana Presiden Jokowi dan rival lamanya sejak 2014 yakni Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto adalah tokoh nasionalis.
Menurut Adnan, sebagai tokoh dengan latar belakang nasionalis, kedua calon Presiden ini membutuhkan tambahan dukungan dari representasi kelompok Islam.
Dengan pergaulan yang luas dengan berbagai kelompok dan komunitas masyarakat lintas etnis serta jaringan politik Gusdurian yang masih terjaga dan solid serta penerimaan yang terbuka dari komunitas internasional. Menurutnya, bukan hal yang tidak mungkin akan menjadi modal sosial yang besar bagi Yenny untuk ikut maju dalam kompetisi demokratis pada kepemimpinan nasional 2019 mendatang.
Sebagai seorang NU, Adnan menilai Yenny Wahid adalah sosok intelektual yang cerdas, berpikiran terbuka dan maju. Kapasitas intelektualnya teruji dengan pernah mengenyam pendidikan di salah satu universitas terbaik Harvard University di Amerika Serikat. "Soal pengalaman politiknya, Yenny juga langsung menimba dari pergulatan politik yang keras saat ayahnya Abdurahman Wahid atau Gus Dur menjabat sebagai Presiden RI di awal-awal reformasi," kata dia.
Adnan meyakini Yenny memang sengaja ditempa oleh Gus Dur dengan terus mendampingi Gus Dur dalam aktivitas keseharian saat menjalankan pemerintahan dan agenda-agenda kenegaraan. Yenny juga terlihat terus bersama Gus Dur. Dan dalam lawatannya di berbagai kesempatan keluar negeri, di mana Gus Dur juga memperkenalkan Yenny pada pemimpin-pemimpin dunia.
Direktur Wahid Institut Yenny Wahid.
"Saat Raja Salman ke Indonesia tahun lalu, Raja Arab Saudi itu juga masih ingat dan sempat menanyakan keberadaan Yenny saat itu," jelas Adnan.
Selain itu, kata dia, pengalaman politik Yenny dinilai cukup komplit. Yakni pernah menjadi Sekjen di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hingga menjadi staf khusus Presiden di era Presiden SBY.
Kini, kata dia, Yenny wahid lewat The Wahid Foundation yang di pimpinnya, mewarisi semua pikiran-pikiran besar Gusdur tentang Indonesia dan terus mengembangkannya. Adnan meyakini sosok Yenny memiliki magnet elektoral yang kuat, meskipun sudah tidak aktif di politik. Hal ini terbukti saat Prabowo meminta Yenny maju di Pilgub Jawa Timur, meskipun akhirnya Yenny menolak tawaran Prabowo tersebut.