Ahad 14 Sep 2014 09:57 WIB

Wirda Hanim: "Penjaga" Batik Tanah Liek (I)

Rep: c75/ Red: Erdy Nasrul
Batik menjadi salah satu produk Indonesia yang dijual dalam rangka meramaikan Indonesia Festival di Wassenar, Den Haag, Belanda.
Foto: Antara
Batik menjadi salah satu produk Indonesia yang dijual dalam rangka meramaikan Indonesia Festival di Wassenar, Den Haag, Belanda.

REPUBLIKA.CO.ID, Niat yang kuat serta tekad untuk belajar membuat seorang perempuan bernama Wirda Hanim kelahiran Padang yang pada tahun 1994 masih berumur sekitar 40 berusaha mempelajari bagaimana cara membuat batik khas Sumatera Barat, Batik Tanah Liek.

Berawal dari kegiatannya yang sering menyaksikan upacara adat di Sumanik, Kabupaten Datar Tanah, Sumatera Barat. Ia mulai tergugah untuk mempelajari cara membuat batik Tanah Liek yang digunakan para masyarakat dalam upacara tersebut.

Kini, setelah 20 tahun lebih terjun di dunia batik dengan memproduksi dan menjual batik unggulannya yaitu Batik Tanah Liek. Saat ini, bisa dibilang ia merupakan "Penjaga" keberadaan Batik Tanah Liek di Sumatera Barat.

Cara membuat batik Tanah Liek sendiri diperoleh dengan melakukan perendaman kain di dalam larutan cairan tanah liat.

Perempuan yang kini berumur 62 tahun yang memiliki showroom dan tempat penjualan Batik Tanah Liek di Jalan Sawahan Dalam No 33 ini menceritakan kepada Republika, bagaimana proses dirinya tertarik untuk membuat Batik Tanah Liek khas Sumatera Barat.

"Saya melihat upacara adat di Sumaniek, Batu Sangkar dengan masih memakai baju adat (batik Tanah Liek) yang pada saat itu, 1994 sudah tidak ada diproduksi lagi," ujarnya kepada Republika di Padang, Sabtu (13/9).

Ia menuturkan keinginan untuk mempelajari cara membuat batik Tanah Liek pernah diungkapkan kepada suaminya, (alm) Ruslamajid. Bahkan, setelah itu, ia pun sekolah di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) di Padang.

Bahkan menurutnya, ia meminta terlibat sebagai peserta kepada panitia pelatihan membuat batik yang diselenggarakan oleh istri Gubernur Hasan Basri pada waktu itu. "Saya ingin daftar tapi katanya gak bisa karena dibatasi pesertanya," katanya.

Namun, karena ingin terlibat dalam pelatihan tersebut, Wirda pun menawarkan akan membayar uang pelatihan tersebut asalkan bisa terlibat dalam pelatihan itu. "Tapi gak pa-pa, saya masuk saya bayar ke panitia," ujarnya menirukan pembicaraannya saat itu.

Meski, sudah belajar di SMSR serta terlibat di pelatihan yang diselenggarakan oleh Istri Gubernur Hasan Basri. Ia mengaku masih merasa kurang ilmu sehingga ia pergi ke DI Yogyakarta untuk mempelajari bagaimana cara membuat batik.

"Saya berulang kali pergi kesana mencari koleksi kain kuno," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement