REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Akses ibadah bagi para pekerja muslim di wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah masih sangat minim.
Meski di daerah ini ada sekitar 700 pabrik menengah hingga besar, tak banyak yang mau menyediakan mushala atau masjid di lingkungan kerjanya.
“Hanya dua perusahaan yang memiliki masjid representatif,” ungkap anggota DPRD Kabupaten Semarang, M Basari, Jumat (12/9).
Menurutnya, ke-dua perusahaan yang dimaksud merupakan perusahaan besar dan memiliki karyawan yang jumlahnya banyak. Yakni PT Apac Inti Corpora (AIC) dan PT Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI). Tempat ibadahnya sudah berupa masjid.
Iapun mengaku prihatin, para pengusaha di Kabupaten Semarang memiliki kesadaran yang rendah dalam menyediakan tempat ibadah di lingkungan perusahaannya.
Dari ratusan pabrik yang ada, masih kecil perusahaan yang mau menyediakan fasilitas sosial bagi para pekerjannya.
Padahal akses ibadah dan pembinaan keagamaan bagi karyawan di lingkungan kerja ini juga menjadi kebutuhan para pekerja.
Ia menambahkan, ketersediaan tempat ibadah di lingkungan perusahaan mutlak dibutuhkan para pekerja.
Selain mayoritas pekerja yang ada di Kabupaten Semarang merupakan Muslim, keberadaan mushola dan masjid bisa mengurangi dampak negatif tingginya tekanan kerja.
Hanya saja, mayoritas pabrik hanya menyediakan secuil ruang untuk tempat ibadah. Sehingga untuk shalat berjamaah tak mampu menampung.
Para karyawan yang akan shalat harus antre menunggu giliran tempat, karena tempat yang tersedia –rata- rata--sangat terbatas.
Khusus pada waktu dzuhur, biasanya para pekerja memiliki waktu shalat bersamaan jam istirahat. Akibatnya waktu istirahat mereka menjadi lebih pendek.
“Istirahat kurang, masih dibebani dengan target pekerjaan kerja, lama-lama bisa stres itu,” tegas politisi PKB kabupaten Semarang ini.
Basari menambahkan, meski belum ada ketentuan yang mengatur secara spesifik ketersediaan tempat ibadah, ia meminta pengusaha bisa menyediakan dengan melihat kebutuhan karyawan.
Ia menconthkan hal ini dapat dipenuhi dengan mengalokasikan sebagian dana corporate social responsibility (CSR) untuk membangun tempat ibadah yang representatif.
Karena pembangunan tempat ibadah juga bagian dari bentuk CSR perusahaan. “Bahkan tempat ibadah juga dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar perusahaan,” tambahnya.
Terpisah Public Relation Manager PT Sido Muncul, Nanik R Sunarso menyatakan pabriknya sudah menyediakan tempat ibadah bagi karyawan muslim di masing-masing divisi.
“Kita memiliki mushala di masing-masing divisi. Hal ini untuk memudahkan karyawan yang akan menjalankan ibadah,” ungkapnya.
Mushala ini, tambah Nanik, ukurannya juga tidak sempit. sehingga juga bisa dimanfaatkan para karyawan untuk kegiatan keagamaan maupun kegiatan lainnya.
Plt Sekda Kabupaten Semarang Budi Kristiono sepakat adanya tempat ibadah yang representatif bagi pekerja di lingkungan perusahaan.
Karena itu ia akan berkoordinasi dengan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) terkait hal ini.
“Tentunya untuk melihat lebih jauh ketentuan yang ada menyangkut pemenuhan kebutuhan rohani para pekerja,” jelasnya.