Senin 25 Aug 2014 15:30 WIB

Solar Mulai Langka di Tasikmalaya

Rep: C61/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Papan pengumuman
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Papan pengumuman "Solar Subsidi Habis" terpasang di SPBU Jalan Otista, Jakarta, Senin (25/8). (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar mulai langka di beberapa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di beberapa daerah kota dan kabupaten Tasikmalaya.

Seperti yang terlihat pada di SPBU di Jalan Raya RE Martadinata, kecamatan Indihiang. Stasiun pengisian bahan bakar itu sudah kehabisan solar sejak pagi hari, dan baru akan tersedia lagi keesokan harinya. "Karena ada pembatasan, kita tidak bisa membeli solar di hari itu juga," kata pengawas SPBU 304461 Abdul Muis, Senin (25/8).

Sebelumnya jika solar habis, pihak SPBU bisa membeli ke Pertamina di hari yang sama. Namun, semenjak ada pembatasan dari pemerintah, kuota pembeliannya pun terbatas, pihak SPBU harus menunggu jadwal pembeliannya.

Kata Abdul, biasanya pihaknya mendapatkan pasokan 24 ribu kiloliter (Kl) per harinya. Kini hanya bisa memesan 16 ribu Kl dalam jangka dua hari sekali. Sehingga pihaknya hanya bisa menutup SPBU dan menunggu pasokan solar sesuai jadwal.

Kelangkaan BBM jenis solar ini menurut Abdul, mulai terjadi satu pekan lalu. Bahkan kelangkaan tersebut juga terjadi pada BBM jenis Bensin, tapi stok baik premium maupun pertamak masih normal. Hanya saja antrean panjang kerap terjadi, akibat habisnya stok bensin di SPBU di daerah lain.

Dulmaji (53), seorang pengemudi truk pasir asal Ciamis, mengaku kesulitan untuk mendapatkan solar. Lantaran di beberapa SPBU sepanjang jalan Ciamis-Tasikmalaya mengalami antrean panjang. Kondisi ini, menurut dia, terjadi setelah adanya pengurangan jatah pasokan solar bersubsidi di seluruh SPBU oleh pemerintah.

Dia mengaku khawatir tidak mendapatkan jatah solar untuk kendaraannya, untuk melanjutkan perjalannya ke wilayah Bandung.

"Sebenarnya di SPBU ini masih ada stok solar, tapi jenis dex. Harganya bisa dua kali lipat, sekitar Rp 12 ribu per liter. Tentu ini memberatkan, lagi pula penghasilan jasa transportasi tidak seberapa," keluh Dulmaji, saat hendak mengisi solar di SPBU Indihiang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement