REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merasa janggal dengan keterangan yang disampaikan oleh seorang saksi dari kubu Prabowo Subiatno-Hatta Rajasa, Novela Nawipa, tim kuasa hukum Joko Widodo-Jusuf Kalla terus mendalami keterangan yang disampaikanya. Wanita asal Papua itu dicecar kubu Jokowi-JK dengan pertanyaan dasar guna memastikan pernyataan terkait tak adanya gelaran Pilpres di wilayah Nowela tinggal, yakni Nawa Putu, Paniai, Papua.
“Di sana ada berapa suku yang saudara ketahui ?,” tanya anggota tim hukum Jokowi-JK, Taufik Basari dalam sidang gugatan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) di Gedung Mahkamah Konsitusi (MK) Selasa (12/8).
“Saya dari suku Mei, ya hanya ada satu suku di sana,” jawab Nowela.
Merasa Nowela tidak memahami konteks kesaksianya yang diberikannya sendiri, Tobas, sapaan Akrab Taufik, terus menanyakan hal lain di luar sidang. “Kenal kepalas sukunya tidak ?,” kata Tobas.
“Ya mana saya tahu, kan banyak aorang-orangnya,” ujar Nowela. Jawaban Nowela ini langsung mengundang tawa para hadirin, termasuk dirinya sendiri dan Tobas.
Saat jeda sidang, Tobas menyampaikan apa yang dilakukannya dengan bertanya kepada Nowela memang sengaja dilakukan. Menurutnya, saksi Prabowo-Hatta ini tak paham bahwa sebenarnya di tidak adanya kegiatan Pilpres di Nawa Putu, Paniai, Papua, tak perlu dipersoalkan.
Tobas berujar, seperti halya di wilayah lain di Papua seperti Dogiai, Yahokimo, Luga, Puncak Jaya, dnn Jayawijaya, di Nawa Putu pun tak digelar Pilpres karena adanya sistem Pemilu yang berbeda. “Di sana itu digunakan sistem Big men, denga perwakila atau oke, jadi ya bukan masalah kenapa Nowela mengatakan tidak melihat ada aktivitas Pilpres 9 Juli lalu di wilayah mereka,” ujarnya.