Senin 07 Jul 2014 19:05 WIB

The Jakarta Post Sengaja Memancing Kemarahan Umat?

Rep: C57/ Red: Taufik Rachman
Karikatur Jakarta Post, edisi Kamis 3 Juli 2014
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Karikatur Jakarta Post, edisi Kamis 3 Juli 2014

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bendahara umum PP Muhammadiyah, Dr. H. Anwar Abbas, menyatakan karikatur 'The Jakarta Post' sangat tendensius dan sinis terhadap Islam.

"Media 'The Jakarta Post edisi Kamis, (3/7), telah bermain-main dengan isu SARA dan pelecehan terhadap agama," tutur Anwar saat dihubungi Republika, Senin (3/7) sore.

Anwar mengaku tidak habis pikir, koran seperti 'The Jakarta Post' telah berbuat lalai yang berdampak dapat menimbulkan 'clash' dan 'konflik horizontal'.

"Tidak terbayang oleh saya mereka tidak akan tahu pemberitaan-pemberitaan semacam ini dapat memantik kemarahan umat," jelas Anwar.

Jika itu sampai terjadi, apakah 'The Jakarta Post' mau dan sanggup untuk bertanggung jawab? "Media 'The Jakarta Post' telah melanggar kode etik jurnalistik," lanjut Anwar.

Walaupun mereka sudah meminta maaf, Dewan Pers harus tetap menegur dan memperingatkan dengan keras 'The Jakarta Post' agar peristiwa serupa jangan sampai terulang lagi.

Hal ini sesuai dengan fungsi Dewan Pers sebagai badan yang mengawasi pelaksanaan kode etik jurnalistik.

Karikatur koran 'The Jakarta Post' edisi Kamis (3/6), yang dimuat di halaman 7, harian berbahasa Inggris, memuat karikatur dengan gambar simbol Islam dalam ukuran yang cukup besar di rubrik Opini.

Itu setelah karikatur tersebut menggambarkan bendera berlafaz 'laa ilaha illallah' dengan logo tengkorak yang terpasang di bendera.

Tidak sekadar itu, lafaz tahlil tersebut dipadukan dengan bendera tengkorak khas bajak laut. Kemudian, tepat di tengah tengkorak, tertera tulisan 'Allah, Rasul, Muhammad'.

Gambar tersebut memuat karikatur dalam beberapa adegan. Adegan menampilkan lima orang dalam posisi berlutut dengan mata tertutup kain di tanah dan tangannya terikat di belakang dalam posisi ditodong senjata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement