Senin 07 Jul 2014 11:43 WIB

Dugaan Kecurangan Pilpres Dinilai Berlebihan

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai dugaan kecurangan dalam pilpres 2014 sangatlah berlebihan. Ia sering mendengar tudingan tersebut. Menurutnya, ada beberapa politisi yang mudah sekali menuduh Pilpres dan orangnya pun itu-itu saja.

“Jadi marilah kita dudukkah persoalan pada tempat yang benar, jangan terlalu mudah menuduh pihak A, pihak B melakukan kecurangan dan tidak netral,” tegas SBY dalam kanal youtube yang diunggahnya akhir pekan lalu.

Ia juga menilai sangatlah berlebihan tudingan pemerintah tidak netral dan pemerintah curang. Ia menegaskan, pemerintah saat ini bukan berasal dari satu partai politik. Pilpres pun bukan digelar oleh pemerintah tetapi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).

Sebagai penyelenggara Pilpres, lanjut Presiden SBY, Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu independen, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) itu independen, tidak ada campur tangan pemerintah, termasuk campur tangan presiden. Karena itu, Presiden mempertanyakan, bagaimana mungkin tiba-tiba pemerintah dituduh mau curang.

“Pemerintah itu siapa? Di tingkat pusat, namanya kabinet hampir semua partai politik ada kecuali beberapa partai politik, di tingkat daerah, gubernur, bupati, walikota semua partai politik ada. Jadi kalau mau curang, curang untuk siapa? Membela siapa?. Jadi, menurut saya berlebihan,” ujar SBY.

Namun Presiden mengajak semua pihak mengambil positif dari tuduhan tersebut, agar jangan sampai Pilpres 2014 ini curang.

“Caranya, mari kita semua  bekerja sangat keras, jajaran KPU, jajaran Bawaslu, jajaran pemerintah terutama Pemda dimana Pemilu semua dilaksanakan, lantas Polri, TNI, partai-partai politik, kubu dari masing Capres, Cawapres, dan juga masyarakat luas. Itu yang haurs bekerja keras, mari kita cegah jangan sampai curang,” seru SBY.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement