REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Lembaga Kemuslimahan Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI) Universitas Airlangga (Unair), Surabaya menegaskan, lokalisasi prositusi Dolly harus segera ditutup karena jadi salah satu sumber kerusakan moral.
Staf Kemuslimahan UMKI Unair, Mimin Nur Handayani mengatakan, pihaknya mendukung penuh langkah Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini untuk menutup Dolly-Jarak pada 18 Juni 2014.
‘’Karena dari pandangan Islam jelas bahwa perzinahan kan dilarang. Namun adanya prostitusi Dolly ini berarti melestarikan perzinahan dan menjadi sumber kerusakan moral,’’ katanya kepada Republika, Jumat (6/6).
Kalaupun ada suara penolakan penutupan, kata dia, itu merupakan hal yang wajar. Untuk itu, pihaknya meminta pemerintah tidak hanya tegas memberantas praktek prostitusi. Melainkan juga praktek-praktek yang mengandung kemaksiatan lainnya. ‘’Pemerintah seharusnya tidak hanya menutup prostitusi, tetapi juga sarana maksiat lainnya, misalnya video porno, siaran televisi, meracuni generasi muda,’’ ujarnya.
Selain itu, pemerintah perlu menyadarkan semua elemen surabaya.Harus ada upaya pemerintah yaitu penanaman akidah, hingga pendampingan warga. Pihaknya bahkan siap membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberikan pendampingan untuk warga Dolly jika diminta pemerintah. ‘’Meski upaya pendampingan bukan ranah kami. Tetapi kami sudah membahasnya di rapat dan bersedia memberikan pendampingan untuk menghentikan kemaksiatan di Dolly,’’ ujarnya.
Namun selain komitmen pemerintah, kata dia, harus ada pembenahan sistem yang berlandaskan syariat Islam. Ini karena sistem Islam mengatur setiap sendi kehidupan dan memiliki kebaikan (maslahat) untuk umat. Tak hanya dari sisi agama, melainkan juga ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, dan lainnya. Karena ini terkait dalih pekerja seks komersial (PSK) yang terjun ke lembah prostitusi karena bisnis esek-esek ini dipandang menjadi lahan basah dari segi ekonomi.