REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sosiolog dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya, Husnul Muttaqin, menegaskan keberadaan prostitusi Dolly telah mengorbankan banyak pihak.
Ia kemudian menambahkan, rencana pemerintah untuk menutup Dolly itu se benarnya tidak datang tiba-tiba. ''Saya masih ingat, Soekarwo memang ingin menutup bisnis haram itu sejak 2010. Saat itu pemerintah berupaya melakukan penutupan dengan cara manusiawi,'' katanya kepada Republika di Surabaya, Kamis (5/6).
Husnul juga mengatakan, pihaknya mendapatkan informasi bahwa ada beberapa mucikari dari gang Dolly yang telah bertaubat. Bahkan tak sedikit yang kemudian bergabung ke dalam Ikatan Dai Area Lokalisasi (IDIALI). Meski tidak menyebutkan identitas namun ia mengatakan para mucikari yang telah bertaubat itu sangat mendukung langkah penutupan Dolly.
''Saya bahkan beberapa kali sempat mengadakan rapat dengan IDIALI untuk mengetahui proses tersebut,'' ujarnya.
Husnul menilai, empat tahun merupakan rentang waktu yang cukup untuk menutup total Dolly. Sehingga, pihaknya juga menyepakati jika pemerintah menutup lokalisasi prostitusi itu secara permanen pada 18 Juni 2014.