REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Dampak erupsi Gunung Sangeang di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, berupa debu vulkanik dirasakan warga di lima kabupaten Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kelima kabupaten yang merasakan dampak erupsi Gunung Sangeang di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) berupa debu vulkanik itu adalah Manggari Barat, Manggarai, Sumba Timur, Sumba Tengah, dan Sabu Raijuan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Tini Thadeus, di Kupang, Sabtu (1/6)..
Menurut dia, pihaknya telah mengimbau kepada BPBD kabupaten dimaksud untuk segera membagikan masker bagi warga yang dilanda debu vulkanik tersebut. Sejauh ini, katanya, baru satu kabupaten yang meminta bantuan masker yakni Sumba Timur, karena kekurangan masker untuk warga setempat.
Erupsi Gunung Sangeang ini juga menyebabkan Bandara Komodo di Labuan Bajo,Manggara Barat ditutup untuk sementara waktu, karena penerbangan terganggu hujan debu yang melanda wilayah itu. Bahkan, paparnya, hari ini maskapai penerbangan Garuda Indonesia membatalkan penerbangan ke beberapa bandara di NTT seperti Tambolaka di Sumba Barat Daya, Komodo di Manggarai Barat, Hasan Aroeboesman di Ende dan El Tari Kupang.
Sementara di Pulau Sabu dan Pulau Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) debu yang dimuntahkan gunung tersebut sempat membuat bingung masyarakat setempat karena mereka tidak tahu dari mana asal debu tersebut.
Melky Doko, warga Desa Loborai, Kecamatan Sabu Timur, yang dihubungi wartawan mengatakan, debu mulai menyelimuti Sabu pada Jumat (30/52014) sekitar pukul 23:00 Wita. "Kami merasakan debu itu datang sekitar jam 11 malam dan kami bingung dari mana asalnya. Ketika saya buka internet baru diketahui kalau ada gunung yang meletus di Bima," ujarnya.
Akibat Debu vulkanik ini ujar Melky, membuat jarak pandang terganggu serta sulit untuk bernafas.
Hingga Sabtu (31/5) pukul 11.00 Wita, asap debu masih terlihat namun sudah mulai berkurang. "Sekarang sudah mulai berkurang, tapi tadi malam sangat tebal. Untung kita ada masker jadi pake masker," katanya.
Lenny Here, warga kelurahan Limaggu, Kecamatan Sabu Timur mengatakan, akibat debu vulkanik ini semua pohon, rumah penduduk dan badan jalan sudah tertutup debu. "Awalnya kami kira debu dari pekerjaan pabrik rumput laut, ternyata tidak,"katanya.
Saat ini katanya, sudah banyak warga yang mengalami gangguan pernpasan yang ditandai dengan tenggorokan gatal dan suara terdengar serak. "Karena tidak ada masker jadi terpaksa hanya tutup hidung dengan mulut pakai kain. Tadi malam kami sulit sekali bernafas, tapi mulai pukul 11 siang ini, debunya sudah mulai berkurang," katanya.