REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rencana Wali Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Tri Rismaharini untuk menutup lokalisasi prostitusi Dolly-Jarak mendapat dukungan dari pengurus masjid di kawasan ini. Mereka setuju supaya lokalisasi yang konon terbesar se-Asia Tenggara itu ditutup pada 19 Juni 2014.
Takmir Masjid Baiturrahman di Jalan Putat Jaya Sekolahan, Surabaya, Sulaeman (64 tahun) mengatakan perbuatan perzinahanadalah hal yang dilarang agama. Ia khawatir jika lokalisasi tersebut tetap dibiarkan beroperasi, dosa tidak hanya ditanggung oleh pihak-pihak yang terlibat dalam praktek prostitusi seperti pekerja seks komersial (PSK), mucikari, hingga germo. Warga di sekitar yang membiarkan maupun tidak setuju dengan praktek tersebut juga terkena azab Allah.
Tak hanya dilihat dari sisi agama, pihaknya juga melihat Dolly memiliki dampak sosial yang buruk. Sulaeman seringkali mendengar konsumen atau pelanggan PSK di Dolly tidak hanya pria hidung belang dewasa, tetapi juga anak-anak dan remaja.
Keadaan tersebut menjadi kekhawatiran tersendiri baginya dan pengurus masjid di sekitar Dolly-Jarak. Saking khawatirnya, pihaknya menggelar pengajian rutin setiap hari Kamis, Jumat, dan Sabtu malam untuk anak-anak, remaja laki-laki, dan bapak-bapak.
“Pengajian itu diharapkan dapat menjadi benteng agar mereka tidak tergoda (menggunakan jasa PSK Dolly),” katanya saat ditemui Republika, Online (ROL), Senin (26/5).
Untuk itu begitu mendengar rencana Risma menutup lokalisasi Dolly-Jarak, pihaknya menyambut baik rencana tersebut. Tak hanya dia, pengurus di dua masjid di kawasan Putat Jaya dan satu masjid di kawasan ini juga satu suara jika Dolly-Jarak dihentikan pengoperasiannya secara permanen.
“Mohon doanya semoga aparat bisa menutupnya,” ujarnya.