Jumat 23 May 2014 16:42 WIB

Kualitas Lingkungan Hidup di Jawa Hanya 30 persen

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Joko Sadewo
Sejumalah warga Jakarta melakukan berbagai kegiatan berolahraga saat digelarnya Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Pelaksanaan HBKB dinilai mampu mengurangi polusi dan pencemaran udara di ibukota.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumalah warga Jakarta melakukan berbagai kegiatan berolahraga saat digelarnya Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Pelaksanaan HBKB dinilai mampu mengurangi polusi dan pencemaran udara di ibukota.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA  - Kecenderungan indeks kualitas lingkungan hidup di Indonesia selama 10 tahun terakhir ini hanya berkisar 60. Bahkan indeks kualitas lingkungan hidup di Jawa di bawah angka nasional.

''Hal ini harus ada evaluasi mengapa indeks kualitas lingkungan hidup di Indonesia tidak bisa di atas 70,''kata  Menteri Lingkungan Hidup Prof Balthasar Kambuaya dalam memberikan sambutan pada acara Deklarasi Piagam Bumi dan Rapat Kerja Teknis dalam Ria angka Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah di Yogyakarta, Jumat (23/5).

Dari data Kementerian Lingkungan Hidup  menunjukkan indeks kualitas lingkungan  di Jawa  tahun 2009-2011 adalah: Jawa Timur 54,33, di Jawa Barat 51,34, di Jawa Tengah 51,90, Banten 49,61, DKI Jakarta 41,62 dan hanya  DIY yang diatas angka nasional yakni 64,77.

Menteri LH mengungkapkan kalau secara internasional Indeks Lingkungan Hidup di dunia Indonesia di urutan ke 112 dari 178 negara. Indeks Lingkungan Hidup yang terbaik di dunia di Switzerland sedangkan terjelek salah satu negara di Afrika.

Sedangkan di bandingkan negara di Asia , indeks Lingkungan Hidup terbaik ada di Singapura dan Malaysia. SementaraIndonesia masih di bawah Malaysia. ''Untuk itu kita harus mengevalusi kembali, mengapa capaian indeks kualitas lingkungan hidup kita hanya berkisar di 60. Harus ada evaluasi menganai semuna infrastruktur untuk bisa menjaga lingkungan, penegakan hukum harus dievaluasi. Kalau kerusakan lingkungan terus terjadi pasti ada something wrong, apakah orangnya atau kelembagaan,''ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement