REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Boediono mengatakan Indonesia saat ini defisit negarawan dari berbagai sektor sehingga hal itu merupakan sesuatu yang harus lebih diperhatikan dalam upaya mencapai keberhasilan bangsa.
"Indonesia tidak saja defisit neraca pembayaran dan juga defisit neraca anggaran, tetapi juga defisit negarawan. Namun, tidak defisit politikus," kata Boediono saat berbicara pada pembukaan 'The First Young Leader Indonesia Annual Conference 2014' di Jakarta, Sabtu (10/5).
Menurut Boediono, defisit yang paling besar adalah defisit pelaku yang andal dalam pilar politik karena adanya keengganan generasi muda masuk ke arena politik.
Ia mengingatkan bahwa keberhasilan perjuangan bangsa Indonesia karena dipimpin oleh yang terbaik dan paling cemerlang dari anak bangsa. Wapres memahami jika semakin sedikit anak muda yang menaruh minat berkarier di bidang politik.
"Yang harus dicatat adalah yang kita butuhkan politikus negarawan yang bersama-sama menghasilkan produk politik dan aturan main yang baik. Kalau kacau-balau, kita ribut saja satu sama lain," kata Wapres.
Boediono mengakui bahwa dirinya bukanlah seorang politikus. Akan tetapi, sejak bekerja di pemerintahan, dia harus mengetahui politik. "Untuk menjadi politikus yang baik harus memiliki visi yang teguh. Kalau tidak memiliki visi hanya akan menjadi pion," kata Wapres.
Dikatakan Wapres, dari institusi yang ada, yang paling fundamental adalah institusi politik. Pekerjaan paling penting dari institusi politik, seperti DPR, MPR, dan DPRD, adalah membuat aturan dasar.
"Konstitusi itu adalah aturan dasar suatu bangsa. Dari situlah muncul undang-undang, peraturan pemerintah, dan sebagainya," kata Boediono.
Jadi, kata Wapres, yang menentukan bangsa Indonesia ke depan adalah produk dari aturan main dalam menghadapi masa depan.
"Produk-produk ini adalah produk politik. Jadi, sangat penting kita harus memiliki institusi poltik yang baik. Semua aturan main akhirnya aturan dasarnya apa, undang-undangnya apa," kata Boediono.