REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Libur nasional Hari Buruh 1 Mei di Denpasar, Bali, sepi dari aksi demonstrasi. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kawasan Renon Denpasar, yang senantiasa diwarnai oleh aksi demo para buruh atau aktivis LSM pun hanya dilakukan kemarin.
Satu-satunya aksi demo dilakukan sehari sebelum May Day, yakni pada Rabu (30/4). Aksi demo yang dilakukan oleh puluhan aktivis Buruh Bali Bersatu itu, dilakukan dengan long march, dilangsungkan dengan berorasi di depan Kantor Gubernur Bali yang berdiri di hadapan lapangan Renon, Denpasar.
Ada empat poin yang diajukan para demonstran, yakni segera dibentuknya Lembaga Pengawas Perburuhan Independen, dibuatnya Peraturan Gubernur (Pergub) tentang penerapan pekerja kontrak, Pergub penerapan upah minimum sektoral provnsi. Para pendemo juga meminta dimasukkannya komponen adat dan budaya dalam penentuan besaran upah minimum provinsi.
Dalam orasinya, salah seorang pengunjukrasa Ida I Dewa Made Rai Budi Darsana mengatakan, Pemprov Bali sudah tidak peduli lagi dengan para pekerja Bali. Hal itu terlihat dari semakin banyaknya orang Bali yang dipekerjakan dengan sistem kontrak atau outsourcing.
Padahal sebutnya, cara itu merupakan baru bagi peiskinan masyarakat. "Tenaga kerja yang digunakan dalam waktu tertentu merupakan momok bagi para pekerja," katanya.
Pada masalah tenaga kerja di bidang pariwisata, Budi menyoroti upah pekerja di sektor pariwisata yang lebih rendah dibandinkan bidang lainnya. Padahal kata Budi, Bali adalah surganya pariwisata Indonesia, yang semestinya bisa memberikan kesejahteraan yang lebih baik pagi para pekerjanya.