Kamis 24 Apr 2014 19:04 WIB

DKI Bangun RPH di Lampung

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Karta Raharja Ucu
Pemingsanan sapi di sebuah Rumah Potong Hewan (RPH).
Foto: adelaidenow.com.au
Pemingsanan sapi di sebuah Rumah Potong Hewan (RPH).

REPUBLIKA.CO.ID, TEGINENENG - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membangun rumah potong hewan (RPH) unggas di Provinsi Lampung. Gubernur DKI Joko Widodo mengatakan, pembangunan RPH itu merupakan tindak lanjut perjanjian kerja sama antara Pemprov DKI dan Pemprov Lampung dalam bidang ketahanan pangan.

Karena itu, Rabu (23/4), Jokowi datang ke Lampung bersama jajaran direksi PD Pasar Jaya, perusahaan daerah milik Pemprov DKI yang bergerak di bidang distribusi bahan pangan. Tiba di Lampung, Jokowi langsung meninjau peternakan ayam di Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Di peternakan ini, ada 180 ribu ayam potong yang sedang diternak. Jokowi juga sempat melihat-lihat kondisi kandang yang berisi ayam-ayam siap potong.

Ia menjelaskan, Lampung dapat menghasilkan 13 juta ekor ayam potong per bulan. Sementara, kebutuhan ayam potong di Jakarta mencapai hampir 20 juta ekor per bulan. Melihat fakta tersebut, Pemprov DKI berencana melakukan investasi dengan cara membangun RPH di Lampung. Sebab, meski memiliki banyak peternakan ayam, Lampung hanya memiliki satu RPH. Sementara, komoditas daging unggas yang akan masuk ke Jakarta sudah harus dalam kondisi siap olah.

"Kita mau kerja sama investasi antara PD Pasar Jaya dan PT Wahana Raharja (perusahaan daerah milik Provinsi Lampung)," ujar dia.

Pemprov DKI siap menyuntikkan modal tambahan pada PD Pasar Jaya. "Pokoknya uangnya ada, tinggal disiapkan saja," kata Jokowi lagi.

Pada 14 Maret 2014, Jokowi dan Gubernur Lampung Sjachroedin ZP menandatangani perjanjian kerja sama di bidang distribusi komoditas pangan. Sejumlah kebutuhan pangan di DKI, seperti daging dan sayuran, akan disuplai Lampung dalam bentuk bahan siap olah. Misalnya, kelapa yang kulitnya sudah dikupas, jagung yang sudah bersih, dan daging potong.

Jokowi mengatakan, sistem seperti itu akan mengurangi sampah yang dihasilkan penduduk Jakarta. "Bayangkan kalau kelapa dikirim ke sini dengan kulitnya, berapa ton sampah dihasilkan? Sayuran juga begitu," ujar dia.

Selain itu, lanjut Jokowi, sistem tersebut juga dapat mengurangi kemacetan. Dia mencontohkan, untuk distribusi, misalnya, tak boleh lagi sapi utuh dikirim ke Jakarta. Sebab, pengiriman hewan ternak seperti itu membutuhkan banyak truk. Sementara, apabila daging potong yang dikirim, tentu jumlah truk yang digunakan jauh lebih sedikit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement