Selasa 18 Mar 2014 19:54 WIB

Risma Siap Sambut Investor Asal Italia

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Agung Sasongko
Tri Rismaharini
Foto: Republika/Agung Supriyanto;
Tri Rismaharini

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Duta Besar Italia untuk Indonesia Federico Failla datang menemui Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Balai Kota Surabaya, Selasa (18/3). Momen tersebut dimanfaatkan kedua pihak untuk penjajagan kemungkinan dilakukannya kerja sama.

Failla mengatakan, hal yang mendasari kedatangannya kali ini karena pihaknya menilai Surabaya sebagai pasar yang penting bagi Italia. “Kami memandang Surabaya sebagai kota dengan pertumbuhan paling signifikan di Indonesia. Karena itulah kami datang ke sini karena tertarik kerjasama di sektor otomotif, transportasi, makanan, sepatu, hingga pengelolaan sampah,” katanya, Selasa (18/3).

Direktur Italian Trade Agency Samuele Porsia mengatakan, industri manufaktur Italia merupakan yang terbesar kedua di Eropa setelah Jerman. Sedangkan di dunia, Italia menduduki posisi kelima. Negara yang terkenal dengan makanan piza itu juga diklaim penghasil sepatu kualitas terbaik sejagat.

Sementara itu pengusaha Italia bernama Lino Paravano mengatakan bahwa ia sudah menanamkan modalnya di Jawa Timur. “Dalam kurun 15 tahun terakhir, bidang manufaktur Italia tumbuh paling signifikan di antara negara-negara Eropa lainnya,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, ia berharap tercipta momen kerja sama yang melibatkan perusahaan-perusahaan Italia. Tidak perlu diragukan lagi, karena perusahaan Italia mempunyai reputasi yang bagus dan terpercaya.

Menanggapi hal itu, Risma menyambut baik inisiatif Dubes Italia yang sudah memfasilitasi para pengusaha tersebut. Namun tidak semua tawaran kerja sama tersebut bisa terlaksana.  “Realisasi kerja sama akan disesuaikan dengan kebutuhan kota,” ujarnya.

Dikatakan Risma, saat ini Kota Surabaya sedang fokus rencana pembangunan angkutan massal cepat (AMC). Sebagai kota jasa dan perdagangan, aktivitas ekonomi di Surabaya sudah semakin padat. Sehingga tak jarang kota metropolis menjadi jujugan untuk menggelar pertemuan bisnis.

“Tapi sayangnya, kami masih belum punya sarana rekreasi keluarga berupa taman hiburan. Itu juga merupakan salah satu kebutuhan kami saat ini,” katanya.

Sedangkan di bidang lingkungan, Surabaya sudah menjalin kerja sama dengan Kitakyushu, Jepang. Sehingga, kata Risma, kerja sama yang paling memungkinkan saat ini yaitu di bidang lain seperti pelatihan manufaktur maupun bidang transportasi.

Sementara itu Kepala Bagian (Kabag) Kerja sama Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Ifron Hady Susanto menyatakan, rentetan kunjungan dari dubes-dubes Italia tidak lepas dari prestasi Surabaya yang mulai dikenal di  dunia.

Kerja sama Green Sistercity dengan Kitakyushu yang terbilang sukses juga turut mengundang rasa penasaran negara sahabat untuk datang menawarkan kerja sama serupa.

Soal kerja sama sister city dengan salah satu kota di Italia, Ifron menjelaskan hingga kini masih belum ada inisiatif ke arah sana. “Sejauh ini hanya sebatas penjajagan kerja sama. Seperti dalam waktu dekat, ada kemungkinan pengusaha Italia ikut ambil bagian dalam Surabaya Great Expo (SGE), event rutin yang digelar tahunan,” ujarnya.

Selain itu, ada juga tawaran dari pak Dubes Italia yang mengusulkan pengembangan kapasitas pegawai pemkot berupa pelatihan di Italia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement