Sabtu 15 Feb 2014 21:32 WIB

Petani Gagal Panen Akibat Erupsi Kelud

Gunung Kelud
Foto: Antara/Arief Priyono
Gunung Kelud

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Para petani di Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, gagal panen, setelah tanaman mereka tersapu debu vulkanik akibat erupsi Gunung Kelud (1731 mdpl).

Kuswari (34) warga Desa Kebonrejo, Kecamatan Kepung, Sabtu (15/2), mengatakan bulan ini harusnya tanaman cabainya sudah waktunya panen. "Saya tanam cabai kecil dan merah sejak akhir tahun lalu dan memang bulan ini waktunya penen. Belum sempat dipanen sudah terkena debu vulkanik dan pasti mati tanamannya," katanya ketika ditemui di tempat pengungsian.

Ia mengatakan mempunyai luas tanaman sekitar 1,25 hektare yang semuanya ia tanami cabai. Diperkirakan, dengan luas lahan itu bisa menghasilkan sampai 15 ton. Saat ini, kata dia, harga cabai juga sedang bagus, sekitar Rp 20 ribu per kilogram. Dengan harga yang cukup bagus tersebut, sampai ratusan juta.

Uang hasil pendapatan itu, selain untuk mengembalikan modal, juga untuk sewa lahan. Setiap 0,25 hektare sewanya mencapai Rp 7-Rp 9 juta per tahun. Cukup mahal, mengingat daerah itu memang subur.

Ia saat ini bingung memikirkan tentang hasil pertaniannya yang gagal panen tersebut. Uang modal yang ia gunakan adalah hasil pinjaman, dan tetap harus dikembalikan, namun gagal panen akibat terkena debu vulkanik yang panas pascaerupsi Gunung Kelud.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Toyib (45), warga Desa Kebonrejo lainnya. Ia juga menanam cabai dengan luas lahan sekitar 0,25 hektare. Ia masih lebih beruntung, karena tanamannya sudah pernah panen, walaupun hanya dua kali.

Panen itu pun juga belum maksimal, karena hasil panen maksimal itu ketika sudah panen sampai 18 kali. "Saya sudah pernah panen, tapi itu masih panen di awal, jadi produksi belum maksimal. Kami tidak bisa berbuat apa-apa, karena ini alam," ucapnya.

Di Kecamatan Kepung, didominasi dengan aktivitas pertanian, misalnya bertanam cabai, tomat, dan sejumlah tanaman sayur lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement