Kamis 06 Feb 2014 11:45 WIB

Aksara Bali Dinilai Dapat Menjadi Penuntun Spiritualitas

Umat Hindu di Bali melakukan Ritual Melasti di Pantai Sanur
Foto: ANTARA
Umat Hindu di Bali melakukan Ritual Melasti di Pantai Sanur

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pengamat budaya dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr Ketut Sumadi beranggapan bahwa aksara Bali menjadi penuntun bagi umat Hindu menuju jalan spiritualitas.

"Dengan benang tali pengikat dan tongkat aksara, seseorang diharapkan menjadi cahaya yang mencerahkan hati masyarakat," kata Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana IHDN Denpasar, Kamis.

Menurut dia, tongkat seorang pandita (orang suci) sesungguhnya adalah aksara yang disurat menjadi karya sastra ekspresi suara hati yang tulus untuk menjadikan diri dan alam Pulau Bali sebagai "Candi Pustaka Saraswati".

Bali kini menjadi sasaran pembangunan hotel-hotel berbintang, vila, restoran, kafe, pertokoan, perumahan mewah, pengembangan infrastruktur jalan, dan bisnis kafling tanah yang menghancurkan tatanan wilayah desa pakraman.

"Kondisinya memprihatinkan memang, tapi prihatin saja berkepanjangan tentu tidak patut karena akan menenggelamkan orang dan Pulau Bali secara perlahan," ujar Ketut Sumadi.

Ia menilai, nasib aksara Bali seperti berada di tepi jurang yang setiap saat jika orang Bali semakin lengah, tentu akan jatuh dan tenggelam dalam pusaran arus ideologi pasar kapitalis pariwisata global.

Faktanya, di Bali telah berdiri megah jalan layang di atas laut Teluk Benoa dan jalan bawah tanah (underpass) demi kenyamanan wisatawan dan tokoh-tokoh dunia yang akan melakukan konfrensi di Nusa Dua.

"Aksara Bali dan orang Bali kalah cepat melayang dibanding jalan layang dan pemikiran konglomerat yang jauh lebih dulu melayang-layang membangun pulau hiburan bertaraf internasional," ujar Ketut Sumadi.

Masih banyak tentang rencana pengembangan pembangunan proyek besar di Bali ke depan, seperti Bandara Internasional di Bali utara yang akan membabat hektaran hutan dan meratakan kawasan pegunungan, pembangunan rel kereta api melingkari pesisir Pulau Bali atau membangun sirkuit bertaraf internasional.

"Tapi, sangat jarang ada wacana tentang penyelamatan Aksara Bali yang sungguh-sungguh dilakukan oleh pemerintah dan para pengusaha besar, termasuk kalangan pariwisata di Bali," ujar Ketut Sumadi.

Demikian pula tidak pernah terdengar DPRD Bali menyetujui anggaran sekian miliar rupiah untuk membangun Pusat Penataan, Pelestarian, dan Kajian Aksara dan Sastra Bali seperti di Jepang, China, dan negara-negara di Timur Tengah.

Yang memberikan perhatian terhadap aksara dan sastra jusru dari kalangan masyarakat kecil yang dapat hadir sampai di ruang-ruang kehidupan yang sangat pribadi.

"Untuk itu Pusat Penataan, Pelestarian, dan Kajian Aksara dan Sastra Bali diharapkan bisa terwujud sekaligus menjadi objek wisata pariwisata budaya. Dari sini bisa dikembangkan berbagai bentuk kemasan dan cindera mata pariwisata yang berisi aksara Bali," kata Sumadi berharap.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement