REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad menilai, untuk memberantas korupsi tidak cukup dengan memperbaiki sistem tetapi harus dimulai dari kepribadian setiap individu.
Menurut Samad, dalam sebuah diskusi "Memberantas Korupsi Itu Mudah" pada Pekan Antikorupsi, di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, Rabu (11/12) meskipun telah diterapkan sistem terbaik dalam sebuah urusan administrasi, jika perilaku individu masih belum berubah maka pembenahan dari tindakan korupsi tidak akan bisa berjalan secara total.
"Sebaik apa pun sistem, kalau yang mengendalikan masih setengah-setengah, maka sistem masih bisa diputar atau diakali. Jadi selain sistem, ya harus orangnya (yang diperbaiki, Red) untuk memberantas korupsi," kata Samad lagi.
Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada Zainal Moechtar Arifin mengatakan contoh buruk banyak ditunjukkan aparat daerah dengan gaya hidup mereka.
"Ini timbul karena gejala 'bossy'. Melihat hal ini sudah saatnya juga negara untuk menentukan, seperti anggota DPRD tidak boleh naik kendaraan ini tapi harus itu, ditentukan standar mobilnya," ujarnya lagi. Zainal juga mengungkapkan bahwa Indonesia sudah lama tidak memiliki sosok panutan di negeri ini.
"Orang yang jadi pemimpin sekarang yang senang melihat ke atas, bukan ke bawah. Sekarang sudah saatnya kita memiliki sosok panutan, itu harus kita dorong. Kita merindukan orang-orang yang mau hidup sederhana untuk negeri ini, karena gaya hidup mereka yang sederhana nantinya 'kan juga menghemat uang negara," ujar Zainal.