REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengimbau agar kalangan media massa mengambil peran sebagai entitas yang memberi pengetahuan politik secara benar dan mencerahkan dalam pemberitaan.
"Menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014, tentu sarat dinamika dan persaingan di antara partai politik maupun antara politisi," kata Gun Gun Heryanto, di Jakarta, Jumat (6/12).
Menurut Gun Gun, menghadapi Pemilu 2014 hendaknya media massa dapat mengambil peran sebagai lembaga independen yang memberi pengetahuan politik secara benar dan mencerahkan pada kebijakan pemberitaannnya.
Media massa, kata dia, berperan strategis meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia, tetapi hendaknya tidak mereduksi demokrasi untuk kepentingan kelompok tertentu.
Dalam kaitan literasi politik, Gun Gun mengatakan, media massa hendaknya mengkritisi berbagai peristiwa, termasuk publikasi hasil survei yang obyektivitasnya sering dipertanyakan publik. "Hasil survei yang sering mengorbitkan figur atau partai politik tertentu atau sebaliknya merendahkan tokoh dan partai politik
tertentu, mestinya dipertanyakan media massa," kata Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute (Policy) Jakarta ini.
Gun Gun juga mengingatkan, agar media massa tidak terjebak pada 'abuse of power' seperti yang pernah ditulis oleh jurnalis dan ahli sejarah Amerika Serikat Paul Johnson. Ia mencontohkan, penyalahgunaan kekuasaan yang mungkin dilakukan media massa adalah mendramatisasi dan mempolitisasi fakta sedemikian rupa sehingga mengaburkan fakta sesungguhnya.
Menurut Gun Gun, khekhawatiran publik dari pemberitaan media massa dalam menghadapi persaingan antarparpol dan antarpolitisi yang semakin ketat, karena beberapa pemilik media massa juga elite partai politik yang akan bertarung pada pemilu 2014.
"Padahal, media massa berkontribusi startegis dalam pembentukan opini publik, sehingga dikhawatirkan terjadi distorsi fakta dan peristiwa," katanya.